SUKABUMIUPDATE.com - Glegarr! Gunung Agung meletus. Gemuruh letusannya melontarkan debu, pasir, dan batuan ke atmosfir Pulau Dewata.Â
Bumi Pulau Dewata pun meradang. Redup. Sinar mentarinya terhalang debu erupsi sang gunung. Semua penghuni Pulau Dewata, insan dan hewan menderita. Akibat letusan “gunung suci†masyarakat Bali tersebut, bandara internasional pun ditutup. Ratusan penerbangan dilarang beroperasi. Takut mesin pesawatnya terganggu debu dan pandangan pilotnya tertutup asap erupsi.
Dampaknya: bandara internasional Pulaua Bali ditutup sampai waktu yang belum ditentukan. Turis-turis yang melancong ke Bali pun terganggu. Turis yang masih berada di Pulau Bali tak bisa pulang melalui udara. Sedangkan turis yang mau datang ke Bali, juga tak bisa naik pesawat. Naik kendaraan laut dan darat pun terganggu. Jika pun dipaksakan makan waktu lama. Walhasil, kehidupan pariwisata Bali meredup.
Pariwisata Bali merugi? Pasti. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, kerugian materi akibat “erupsi†Gunung Agung mencapai Rp 2 triliun.
Kenaikan status Gunung Agung menjadi level awas – level kewaspadaan tertinggi -- telah ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sejak 22 September 2017 lalu. Kerugian aibat “level awas†saja – kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Kamis (26/10) mencapai sekitar Rp 2 trilyun.
Meletusnya Gunung Agung ini, kata Ketua Fraksi PPP Reni Marlinawati, jelas mengganggu pariwisata tanah air dan mempengaruhi pendapatan negara.
Reni menyarankan pemerintah untuk membuat terobosan atas imbas erupsi Gunung Agung tersebut. Hal ini, tambah Reni, penting agar tidak mempengaruhi kunjungan wisatawan mancanaegara.
“Pemerintah dapat mengalihkan kunjungan wisman ke destinasi selain Bali," ujar Reni, Selasa (28/11) di Jakarta.
Reni menuturkan, terganggunya sektor pariwisata akibat erupsi Gunung Agung terlihat dari pembatalan penerbangan domestik dan internasional oleh sejumlah maskapai. Ia melihat, hal tersebut perlu disikapi serius karena Bali merupakan magnet bagi wisman.
Data Kementerian Pariwisata, pada kurun Januari-Juli 2017 menyebut jumlah wisatawan yang masuk ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai, Denpasar sebanyak 3.379.287 orang. Angka itu mengalami kenaikan sebesar 24,46 persen di banding periode yang sama di tahun 2016.
“Capaian ini pasti akan terganggu karena erupsi Gunung Agung," ujar Reni.
Selama ini, di mata wisman internasional, destinasi wisata di Indonesia seakan hanya Bali. Bahkan banyak orang luar negeri menyangka Indonesia ya… Bali. Nah, peristiwa letusan Gunung Agung ini adalah sebuah kesempatan langka untuk memberitahukan kepada dunia turisme internasional bahwa Indonesia punya banyak obyek wisata menarik. Bukan hanya Bali.
Reni memberi contoh, obyek-obyek wisata menarik selain Bali: Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, dan Morotai. Ini belum termasuk “geoprak-geopark baru†yang belum lama ini ditetapkan Unesco di Indonesia. Misalnya, Gunung Batur plus danau alamnya di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali; Gunung Sewu yang memanjang di Jawa Tengah-Jawa Timur; dan taman batuan tua di Bukit Ciletuh Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Memang dari semua geopark di Indonesia itu, yang paling menarik, adalah gunung dan danau purba Toba di Sumatera Utara yang terbentuk akibat letusan dahsyat Gunung Toba 800 ribu tahun lalu. Danau Toba sebetulnya adalah kaldera yang terbentuk akibat letusan dahsyat gunung purba tersebut.
Tapi di Indonesia, jelas Reni, banyak sekali situs-situs kuno yang potensial mejadi taman geopark. Jumlahnya mencapai 40 lebih. Ini artinya, ungkapReni, Indonesia sebetulnya punya obyek wisata yang sangat banyak. Itu baru dari satu aspek geoparknya. Belum lagi aspek budaya dan seninya.
Saat ini, berkat perkembangan dunia digital, konsep turisme pun tengah mengalami disrupsi. Yaitu perubahan pola wisata konvensional menuju wisata digital. Dalam konsep wisata berbasis digital ini, biaya turisme menjadi murah dan semua tempat terjangkau, seterpencil apa pun. Â
Dengan danya aplikasi Air-BNB untuk mencari hotel model homestay yang murah meriah; lalu transportasi aplikasi model Uber yang murah dan bisa dipesan kapan saja; kemudian kesadaran penduduk lokal untuk mejadikan keindahan alam desanya sebagai destinasi wisata – maka disrupsi turisme sebentar lagi akan booming. Jika itu terjadi, persebaran lokasi-lokasi wisata akan makin merata di Indonesia.
Apa artinya? Harapan Reni Marlinawati, untuk mempromosikan wisata di nusantara selain Bali niscaya akan tercapai dengan sendirinya. Teknologi digital yang memicunya. Semoga.