Dicari Pahlawan Lingkungan untuk Sukabumi

Jumat 10 November 2017, 11:13 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Air! Itulah kebutuhan utama manusia. Bahkan kebutuhan utama setiap mahluk hidup. Air adalah komponen utama spesies apa pun, flora maupun fauna. Kita tahu, semua makhluk hidup,  minimal, 90% komponen tubuhnya  terdiri dari  air. Menyadari hal itu, kini, banyak sekali perusahaan yang bisnisnya berbasis air. Ini terjadi karena kebutuhan air akan terus meningkat. Tak akan pernah surut!

Dalam kaitan di atas, kita perlu menyoroti perusahaan yang menjual air minum dalam kemasan (AMDK), yang jumlahnya ribuan di Indonesia. Wabilkhusus, kita  harus menyoroti perusahaan AMDK yang “menyedot” air dari wilayah Sukabumi secara besar-besaran. Awal September tahun lalu, misalnya, sejumlah aktivis yang tergabung dalam Komite Nasional Pembaharuan Agraria Sukabumi melakukan aksi boikot terhadap produk sebuah industri AMDK. Mereka menggelar aksi tersebut di kantor Perhutani Sukabumi. Menurutnya, boikot itu merupakan salah satu bentuk perlawanan masyarakat Sukabumi terhadap aksi perusahaan yang menyedot air bawah tanah secara besar-besaran di Desa Babakanpari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi sehingga merusak lingkungan.

Kenapa Sukabumi perlu disorot? Pertama, karena Sukabumi adalah “tambang uang” perusahaan AMDK untuk mengeduk keuntungan bisnis air. Letaknmya yang dekat dengan ibu kota Jakarta , misalnya, sangat menguntungkan perusahaan karena biaya transportasi murah. Sehingga bisnis AMDK yang konsumen terbesarnya di Jabodetabek sangat menguntungkan.

Kedua, Sukabumi adalah “waduk air bersih” terbesar dan terdekat dari Jabodetabek. Hutan lebat dengan kontur tanah perbukitan; lalu hamparan karst raksasa yang menyimpan air sangat besar; dan morfologi tanah Sukabumi yang menyerap air; menjadikan wilayah sukabumi sebagai sumber air gigantik untuk Jawa Barat.

Dan ketiga, infrastruktur yang bagus karena kedekatannya dengan ibukota Jakarta menjadikan Sukabumi prospek bisnisnya untuk industri AMDK sangat menjanjikan. Dari gambaran itulah, maka Sukabumi pun jadi surga industri AMDK. Harap tahu saja, saat ini lebih dari dua ratus merek dagang AMDK di Indonesia, airnya berasal dari Sukabumi. Apa akibatnya? Sumber air dari wilayah Sukabumi yang dulu melimpah, nyaris habis disedot perusahaan-perusahaan AMDK tersebut.

Selain perusahaan AMDK, di Sukabumi juga terdapat puluhan perusahaan yang produksinya berbasis air, misalnya teh botol dan susu cair. Perusahaan-perusahaan ini pun berebut potensi air sebanyak 34 juta meter kubik per tahun di Cekungan Sukabumi. Perusahaan yang kebanyakan berlokasi di Kecamatan Cicurug, Cidahu, Parungkuda, dan Nagrak itu menyedot air tanah dalam rata-rata 449.141 meter kubik air  per bulan; atau 5,389 juta meter kubik air per tahun. Dalam kondisi riskan tersebut, parahnya, jumlah perusahaan AMDK terus bertambah. Tak terbayangkan, bagaimana nasib rakyat Sukabumi di masa depan. Ibarat kata, seperti ayam bertelur di atas padi, mati kelaparan.

Dengarlah kisah Uun, warga Dusun Cimelati, Kelurahan Pesawahan, Cicurug. Ia menuturkan, keluarganya terpaksa menggunakan limpahan air irigasi sawah untuk keperluan hidup sehari-hari. ”Kami tak mendapat jatah air bersih,” kata Uun.

Aneh? Diberkahi kelimpahan mata air, warga Cicurug dan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kini kesulitan air. Puluhan perusahaan air minum menyedot air di daerah yang dikelilingi tiga gunung ini, sehingga sumur-sumur dan hamparan sawah  milik warga setempat kering. Warga Dusun Cimelati hanya mendapat air sisa perusahaan. Puluhan mata air di kawasan tersebut telah dibeli oleh perusahaan air minum dalam kemasan.

”Kami hanya mendapatkan air sisa setelah dipakai perusahaan. Debitnya tak cukup untuk seluruh warga,” kata Endang (50), anggota LSM Mitra Cai (organisasi pengelola air) Dusun Cimelati. Perusahaan air tak hanya memanfaatkan mata air dan air permukaan, tetapi juga mengebor air tanah dalam sehingga terjadi penurunan muka air tanah. Akibatnya, sumur-sumur warga mengering.

Fenti Samsudin (47), warga Desa Babakan Pari, Kecamatan Cidahu, menuturkan bahwa sumurnya sedalam 15 meter kekeringan saat kemarau. ”Sebelum sumber air dikuasai oleh perusahaan air, sumur milik warga dengan kedalaman 3 meter tetap berisi air pada musim kemarau,” kata Fenti. Kini, untuk memenuhi kebutuhan minum sehari-hari, Fenti dan ribuan warga yang tinggal di kaki kaki Gunung Salak, Gunung Halimun, dan Gunung Gede- Pangrango ini terpaksa membeli air bersih.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kecamatan Cicurug, Cece Suparman mengemukakan, selain keringnya sumber air bersih untuk keperluan konsumsi, saluran irigasi juga kering saat kemarau. ”Sepuluh tahun terakhir, sawah kami selalu kekeringan setiap kali musim kemarau. Kami hanya bisa menanam padi sekali setahun. Sebelumnya masih bisa tanam padi dua kali setahun,” kata Cece.

Sukabumi yang  dulu sumber airnya melimpah untuk warga setempat, sekarang airnya mengering. Banyak sawah penduduk yang tak bisa ditanami padi  lagi. Airnya tak ada. Begitu pula sumur-sumur warga, tak lagi mengeluarkan air. Kisah Uun, Endang, dan Fenti menjadi bukti betapa rusaknya lingkungan Sukabumi karena keserakahan para taipan bisnis AMDK.

Kisah di atas, adalah sulitnya air di musim kemarau. Tapi di musim hujan, banjir dan longsong justru menerjang  Sukabumi. Tahun lalu, bencana banjir dan longsor menerjang belasan kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Dampaknya, sejumlah rumah warga mengalami kerusakan dan sebagian lainnya terendam banjir. Longsor juga mengurug lahan sawah dan kolam ikan milik petani.

Sukabumi sejatinya adalah daerah wisata alam yang asri, sejuk, dan indah dengan air melimpah. PBB sudah menetapkan Kawasan Ciletuh Sukabumi sebagai salah satu geoprak dunia. Penetapan kawasan Ciletuh sebagai geopark dunia niscaya akan menjadikan Sukabumi sebagai magnet wisata internasional. Jika itu dikelola dengan baik, yakinlah, perekonomian Sukabumi akan berkembang pesat.

Sektor pariwisata kini menjadi andalan ekonomi Indonesia. Dan asyiknya, ekonomi pariwisat penyebaran keuntungannya lebih merata. Mayoritas penduduk bisa menikmati booming ekonomi pariwisata tersebut. Apalagi penduduk lokal di destinasi wisata tersebut.

Dari perspektif inilah, Sukabumi harus berbenah. Penetapan kawasan Ciletuh sebagai geoprak niscaya akan menjadikan Sukabumi sebagai destinasi wisata terkenal di dunia. Tapi jika lingkungan rusak dan sumber-sumber air mengering, berkah geopark itu  akan sirna.

Untuk itulah, saat ini Sukabumi butuh Pahlawan Lingkungan. Yaitu “Pahlawan Lingkungan” yang menjaga konservasi air di wilayah yang terkenal sebagai sumber air kota metropolitan Jakarta tersebut. Pahlawan-pahlawan lingkungan inilah yang akan membuat Sukabumi dengan geopraknya menjadi tujuan wisata lokal, regional, dan internasional di masa depan. Semoga!

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkini
Sehat22 November 2024, 08:00 WIB

13 Manfaat Petai untuk Kesehatan: Kunci Jantung Sehat dan Tubuh Bugar

Meski sering dikeluhkan karena baunya yang menyengat, petai ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Apa saja manfaatnya? Yuk, simak penjelasannya!
Ilustrasi manfaat petai untuk kesehatan (Sumber : pexels.com/@STUDIO LIMA)
Food & Travel22 November 2024, 08:00 WIB

Resep Scrambled Egg Toast, Roti Panggang Telur Creamy yang Simpel Dibuat

Scrambled Egg Toast sangat populer sebagai menu sarapan karena praktis, lezat, dan kaya protein.
Ilustrasi. Scramble Egg Toast. (Sumber : Freepik/Timolina)
Sukabumi22 November 2024, 07:56 WIB

Sekda Ade Suryaman Hadiri Rapat Banggar DPRD Sukabumi

Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, menghadiri Rapat Kerja Gabungan Badan Anggaran (Banggar) DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Sukabumi
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman dan Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Budi Azhar Mutawali | Foto : Dokpim
Sukabumi Memilih22 November 2024, 06:55 WIB

Adu Kekayaan Pasangan Cabup Cawabup Sukabumi, Siapa Paling Kaya?

Pilkada 2024 di Kabupaten Sukabumi akan diikuti oleh dua pasangan calon, mereka adalah Iyos Somantri - Zainul yang diusulkan oleh koalisi 11 partai politik dan Asep Japar - Andreas yang diusulkan oleh koalisi 5 partai politik.
Pasangan calon Pilkada Kabupaten Sukabumi: Iyos Somantri-Zainul dan Asep Japar-Andreas | Foto : sukabumiupdate
Science22 November 2024, 06:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 22 November 2024, Siang Hari Turun Hujan

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024.
Ilustrasi Hujan. Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 22 November 2024. (Sumber : Pixabay)
Sukabumi Memilih21 November 2024, 22:29 WIB

Dukungan Istri, Dibalik Optimisme Asep Japar Menjemput Kemenangan Pilkada Sukabumi

Asep Japar, calon bupati Sukabumi nomor urut 2, melangkah dengan penuh semangat dalam menghadapi pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi
Asep Japar dan istri | Foto : Sukabumiupdate
Sehat21 November 2024, 21:00 WIB

7 Penyebab Gagal Jantung Sisi Kiri : Simak Diagnosis dan Cara Penanganannya

Gagal jantung sisi kiri terjadi ketika ventrikel kiri jantung tidak bisa memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh.
Ilustrasi gagal jantung sebelah kiri (Sumber : Freepik/@wayhomestudio)
Jawa Barat21 November 2024, 20:40 WIB

Gempa Beruntun Guncang Cianjur, Sejumlah Gedung Sekolah Dilaporkan Rusak

Gempa tektonik terjadi secara beruntun, Kamis 21 November 2024. Warga yang merasakan getaran gempa itu pun terbatas wilayahnya yaitu Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gempabumi Cianjur, Kamis (21/11/2024) | Foto : Pixabay
Sukabumi21 November 2024, 20:18 WIB

Sempat Tertutup Longsor, Akses Ke Pondok Halimun dan Goalpara Sukabumi Kembali Normal

Dua bencana longsor terjadi dampak hujan deras di Kabupaten Sukabumi. Longsor dan pohon bambu tumbang di jalan menuju wisata Pondok Halimun di Kecamatan Sukabumi, dan longsor di jalan Cisarua - Goalpara, Kecamatan Sukaraja.
Longsor di Jalan Pondok Halimun, Kecamatan Sukabumi | Foto : Istimewa
Food & Travel21 November 2024, 20:00 WIB

Wisata Populer di Banten, Kamu Harus Kunjungi 5 Tempat Ini Saat Liburan!

Dengan beragam pilihan destinasi, mulai dari pantai yang eksotis hingga peninggalan sejarah yang kaya, Banten mampu memanjakan setiap wisatawan.
Pulau Peucang, Banten memang menyimpan segudang pesona wisata yang sayang untuk dilewatkan, terutama saat liburan. (Sumber : tnujungkulon.menlhk.go.id)