SUKABUMIUPDATE.com - Direktur Prasarana Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Jumardi menyebut pembangunan transportasi massal berbasis rel di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, membutuhkan dana Rp 7,31 triliun. Biaya ini terdiri dari pembangunan sarana-prasarana kereta automated guideway transit (AGT) Rp 6,32 triliun dan kereta gantung (cable car) hampir Rp 1 triliun.
"Jumlah sebesar itu belum termasuk pembebasan lahan yang diperkirakan membutuhkan sebesar Rp 693 miliar," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Ahad, 20 Maret 2022, dikutip dari Tempo.
Jumardi memaparkan, biaya tersebut telah memperhitungkan biaya operasional sarana dan prasarana kereta. Tak hanya itu, kajian awal ini sudah pula dimasukkan potensi pendapatan utama (fare revenue); pendapatan tambahan (non-fare revenue); serta kelayakan ekonomi, keuangan, dan nilai value for money.
Menurut dia, proyek ini dapat melibatkan pihak swasta dengan skema Kerja sama Pemerintah-Badan Usaha (KPBU). Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk membebaskan tanah, menyediakan tambahan prasarana pendukung, subsidi tarif, dan menjamin risiko terminasi perjanjian.
"Hasil kajian awal ini sudah kami sosialisasikan pekan kemarin kepada segenap stakeholder, baik kelembagaan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan penanganan permasalahan kawasan Puncak," jelas dia.
Jumardi mengingatkan, rencana pembangunan kereta ini masih perlu dikaji secara mendalam. Aspek yang perlu diperhatikan adalah besarnya pembiayaan, penanganan permasalahan dampak sosial yang berpotensi muncul, dan koordinasi antar kelembagaan.
Pembangunan ini, lanjut dia, hanya salah satu jenis pendekatan untuk mengurai kemacetan di kawasan Puncak. Pemerintah perlu mengimplementasikan pendekatan lain guna menuntaskan persoalan macet tersebut.
Pembangunan Dua Segmen
Jumardi menjelaskan panjang lintasan angkutan berbasis rel yang dapat terbangun di Puncak, menurut kajiannya, mencapai 27,88 kilometer. Lintasan ini terbagi menjadi dua segmen. Segmen pertama adalah rute Sentul City-Taman Safari sepanjang 23,4 kilometer. Pada rute ini, dia berujar, masyarakat bakal menggunakan kereta AGT.
Kereta tersebut dapat menampung penumpang yang membawa banyak barang. Menurut dia, wisatawan yang berangkat ke Puncak biasanya membawa banyak barang, karena hendak menginap 1-2 malam bersama kerabat. "Ini lebih tepat dilayani dengan kereta AGT yang memungkinkan membawa barang, sementara kereta gantung tidak memungkinkan untuk itu," terang dia.
Kemudian segmen kedua, melayani rute Taman Safari-Puncak sepanjang 4,48 kilometer dengan moda berupa kereta gantung. Jenis transportasi ini lebih cocok melayani pelancong yang sudah menginap di Puncak dan ingin melanjutkan perjalanan wisatanya ke wilayah sekitar.
Sebenarnya, Jumardi melanjutkan, kereta monorail dan LRT juga mampu mengangkut penumpang dalam jumlah banyak. Sayangnya, pembangunan LRT membutuhkan ruang dan biaya lebih besar ketimbang dua moda tersebut.
Sementara itu, pasokan kereta monorail terbatas. Secara global, tak banyak yang menggunakan kendaraan ini, sehingga pemeliharaan suku cadangnya kurang terjamin.
"Untuk saat ini di dunia internasional kereta AGT merupakan moda berbasis rel yang paling banyak digunakan untuk angkutan perkotaan sekaligus wisata. Teknologinya juga terus berkembang sehingga lebih terjamin kelangsungan pasokannya," ucap Direktur Prasarana BPTJ itu.
SUMBER: TEMPO