SUKABUMIUPDATE.com - Penurunan target Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jawa Barat dalam rancangan awal (Ranwal) perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Barat periode 2018-2023, mendapat sorotan dari anggota Komisi II DPRD Jawa Barat, H.A Sopyan BHM.
Sebagaimana diketahui NTP merupakan rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.
Menurut H.A Sopyan pada dokumen RPJMD periode 2018-2023 sebelum perubahan, NTP ditargetkan pada tahun 2020 mencapai 115,36 poin dan pada tahun 2021 mencapai 117,65 poin, pada tahun 2022 mencapai 120 poin, dan pada tahun tahun 2023 sebesar 122,38 poin.
Sedangkan dalam Ranwal perubahan RPJMD pada tahun 2020 target NTP menjadi 100 poin, pada tahun 2021 ditargetkan 101,5 poin, pada tahun 2022 ditargetkan 103,02 poin, dan pada tahun 2023 menjadi 104,57 poin.
Penyesuaian target NTP ini, kata H.A Sopyan sudah melibatkan dinas instansi terkait yaitu Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Dinas Perkebunan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat.
"Faktor utama penyesuaian ini karena daya tawar komoditas pertanian menurun seiring dengan turunnya permintaan dampak Pandemi Covid-19. Selama periode Januari-Juni 2020 NTP terus mengalami penurunan," kata H.Sopyan, Selasa, 27 April 2021.
Namun demikian ia mengingatkan pemerintah Provinsi Jawa Barat agar fokus menjaga pasokan kebutuhan pangan pokok dan pangan komoditi masyarakat dari hasil petani lokal, sehingga terhindar dari kelangkaan yang sering jadi pemicu impor.
"Kalau permintaan komoditi pertanian naik, misalkan menjelang lebaran nanti maka komoditi petani lokal kita harus jadi pemasok utama. Tugas kita semua memfasilitasi kemudahan distribusi dan kemudahan lainnya," terang politisi asal Cidolog, Kabupaten Sukabumi ini.
"Saya akan terus mengawal, jangan sampai turunnya permintaan komoditi pertanian karena dampak Pandemi Covid-19 jadi alasan penurunan target NTP, namun setelah permintaan naik lagi malah barang impor membanjiri pasar kita," tandasnya.