SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Yayasan Sawala Kandaga Kalang Sunda Iwan D. Natapradja meminta pemerintah segera memblokir bekas website yayasan mereka yang kini mengarah ke laman pornografi. Tautan ke website lama tersebut tercantum di buku pelajaran sosiologi untuk pelajar tingkat SMA sederajat di Jawa Barat.
Menyalin tempo.co, dari pantauan Jumat pagi, 12 Februari 2021, situs bermuatan pornografi itu belum diblokir pemerintah. Alamatnya jika dibuka di komputer, mengarah ke laman sebuah perusahaan spesialis manajemen lingkungan. Namun ketika dibuka lewat smartphone, nama situs itu berubah dengan laman bergambar komik pornografi.
Iwan menjelaskan, situs k*****s****.net dibuatnya tahun 2010 ketika sedang berdinas di luar negeri. Isinya berbagai macam tulisan sejarah, kebudayaan, juga bahasan mengenai kebudayaan Sunda.
“Dibuat untuk kalangan sendiri dalam bahasa Sunda,” katanya saat dihubungi Jumat, 12 Februari 2021.
Setelah pensiun, website milik yayasan yang kini berbasis di Ciwidey, Kabupaten Bandung itu ditutup sekitar 2013-2014. Alasannya karena Iwan tidak memiliki dana untuk membayar sewa domain dari Amerika Serikat. “Sewanya mahal sekali sekitar US$ 375 per tahun,” ujarnya.
Iwan mengatakan sejak akhir 2014 situs itu bukan lagi milik Yayasan Sawala Kandaga Kalang Sunda. Dia juga menyatakan penggunaan alamat dan nama situs itu selanjutnya oleh pihak lain bukan tanggung jawab yayasan.
Selain itu, selama 2010-2014 yayasan tidak pernah memberikan referensi kepada siapapun bahwa situsnya menjadi referensi kebudayaan Sunda.
Sebelumnya diberitakan, sebuah buku pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah kelas XII memuat tautan ke situs porno. Kalangan guru mendesak pemerintah bertindak, khususnya kementerian terkait untuk segera menutup akses situs porno itu.
“Selain berisi komik porno juga ada videonya,” kata Iwan Hermawan, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sosiologi Jawa Barat, Rabu.
Anggota Asosiasi Pendidik dan Peneliti Sosiologi Indonesia bidang Advokasi itu juga meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lebih berhati-hati dalam perizinan buku yang isinya menautkan ke situs tertentu. Para penulis buku sekolah diminta untuk tidak menggunakan situs-situs di Internet yang tidak jelas.
Temuan itu bermula dari seorang guru di Kabupaten Tegal yang tertarik mempelajari budaya Sunda pada buku itu pekan lalu. Sesuai materi yang sedang masuk dalam topik pelajaran sekolah, guru itu mencoba juga sebuah alamat website berinisial k*****s****.net yang tertulis di halaman 216. Tautan itu menyasar ke laman situs pornografi berbahasa asing.
SUMBER: TEMPO.CO