SUKABUMIUPDATE.com - Puncak Bogor menjadi favorit wisatawan dari berbagai daerah untuk berliburan di akhir pekan. Banyak objek wisata alam yang menyuguhkan panorama indah dan menjadi daya tarik tersendiri.
Terletak di ketinggian 700 hingga 1.800 meter di atas permukaan laut, Puncak dikelilingi oleh pegunungan seperti Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak, dan Pegunungan Jonggol. Kondisi geografis ini menjadikan suhu di kawasan Puncak cenderung sejuk, berkisar antara 14 hingga 20 derajat Celsius.
Suasana alam yang indah dan sejuk menjadi magnet utama Puncak Bogor bagi warga khususnya Jabodetabek. Apalagi saat libur panjang, jumlah kendaraan yang menuju Puncak Bogor meningkat drastis. Baik kendaraan pribadi maupun bus pariwisata sama-sama ingin menikmati keindahan alam dan suasana sejuk di kawasan ini.
Meskipun selalu macet, Puncak Bogor selalu ramai dipadati oleh wisatawan domestik hingga mancanegara. Namun, tahukah kamu jika sejarah kemcaten ini telah ada sejak pembangunan jalan tol Jagorawi?
Sejarah Panjang Kemacetan Puncak Bogor Sejak Pembangunan Tol Jagorawi
Sejak diresmikannya Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 kilometer pada 9 Maret 1978, minat masyarakat Jakarta untuk berwisata ke Puncak semakin meningkat pesat. Hal ini menyebabkan kawasan Puncak yang meliputi 10 kecamatan di Kabupaten Bogor dan Cianjur menjadi semakin padat. Kondisi ini diperparah dengan adanya lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara Arab, sejak tahun 1985.
Keindahan alam Puncak yang asri menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, terutama mereka yang berasal dari negara dengan iklim panas seperti Saudi Arabia. Namun, lonjakan jumlah pengunjung ini mengakibatkan kemacetan yang sangat parah. Untuk mengatasinya, sistem buka tutup jalan atau one way diberlakukan setiap akhir pekan sejak tahun 1986 dan masih terus diterapkan hingga saat ini.
Kemacetan di Puncak seolah menjadi hal biasa, terutama saat hari libur di akhir pekan, libur lebaran, libur sekolah atau malam pergantian tahun. Kendaraan membentang sejauh mata memandang, menjadi pemandangan yang tak asing lagi bagi siapapun yang melintas.
Alhasil, maraknya kunjungan wisatawan ke objek wisata alam Puncak Bogor telah memicu pertumbuhan bisnis perhotelan dan kuliner di kawasan itu. Data PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa setidaknya ada 64 hotel berbintang dengan kategori 2 hingga 5 bintang, serta ratusan penginapan kelas melati dan villa yang beroperasi di sekitar Puncak.
Meningkatnya jumlah wisatawan di Puncak Bogor memberikan kontribusi terhadap perekonomian lokal. Akan tetapi, hal ini juga memunculkan berbagai permasalahan lingkungan dan infrastruktur, di antaranya pelanggaran izin pemanfaatan lahan, menyusutnya daerah resapan air, polusi udara, hingga berkurangnya daya tahan jalan.
Jalur Puncak II
Pemerintah pusat dan daerah telah berupaya keras mencari solusi untuk mengatasi masalah kemacetan yang kronis di kawasan Puncak. Salah satu usulan yang diajukan adalah pembangunan kereta gantung (cable car) sebagai alternatif transportasi, seperti yang diusulkan oleh Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan pada Mei 2023.
Pada tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Bogor telah memulai proyek pembangunan Jalur Poros Tengah Timur (dikenal juga sebagai Jalur Puncak II) sepanjang 1,1 kilometer sebagai tahap awal dari total rencana sepanjang 56,25 kilometer. Namun, proyek tersebut terhenti sementara akibat kendala ketersediaan anggaran. Sebagai kabar baik, pada tanggal 4 April 2023, Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Jalur Puncak II sebagai salah satu Program Strategis Nasional (PSN).
Jalur Puncak II akan membentang sepanjang 62,8 kilometer, dengan 48,7 kilometer melintasi wilayah Kabupaten Bogor dan sisanya, yakni 18,5 kilometer, berada di Kabupaten Cianjur. Rute ini akan melewati objek wisata alam Grand Canyon yang berbatasan dengan Kabupaten Karawang. Selain itu, akses masuk dan keluar jalur ini juga akan terhubung dengan kawasan sekitar Sirkuit Internasional Sentul di Cibinong, Kabupaten Bogor.
Selain proyek pembangunan Jalan Arteri Puncak II, pemerintah pusat juga tengah mengkaji secara mendalam rencana pembangunan Jalan Tol Puncak II. Tol sepanjang 52 kilometer ini direncanakan akan menghubungkan Caringin hingga Cianjur dan akan dibangun dalam lima seksi. Proyek ambisius ini diperkirakan menelan biaya sebesar Rp25 triliun dan ditargetkan dapat mulai dibangun pada tahun 2030 serta beroperasi penuh pada tahun 2034.
Diharapkan berbagai upaya pembenahan infrastruktur yang dilakukan dapat secara efektif mengatasi permasalahan kemacetan yang telah berlangsung lama di jalur menuju Puncak. Selain itu, diharapkan pula dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di wilayah sekitar kawasan wisata populer tersebut.
Sumber: Indonesia.go.id