SUKABUMIUPDATE.com - Pantai Karang Bolong yang berada diperbatasan Desa Cidahu Kecamatan Cibitung dan Desa Sukatani Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi menjadi saksi pertempuran sengit antara pasukan Belanda dengan keturunan kerajaan Cirebon.
"Dalam catatan sejarah Surade, pertempuran di Pantai Karang Bolong terjadi pada sekitaran tahun 1757, dan terakhir di Sindanglaya Surade, sesuai bunyi buku Hideung sekitar tahun 1758," kata tokoh Pajampangan, Ki Kamaludin (73 tahun) kepada sukabumiupdate.com, pada Sabtu (25/5/2024), pekan lalu.
Ki Kamal menjelaskan pertempuran terjadi antara Raden Mas Martanegara alias Mbah Karang Bolong (salah satu putra R.A.A. Jagabaya Bupati Galuh Ciamis, yang menginjakan kaki ke Pajampangan, Surade) dengan Mbah Brojonoto dari Banyumas yang merupakan utusan Belanda.
Kata Ki Kamal, pasukan kompeni yang dipimpin Mbah Brojonoto berniat menangkap putra putri Jagabaya, dan akan dipasrahkan ke Belanda (VOC). Asal usul pertempuran tersebut, buntut dari perebutan kakuasaan di Galuh Imbanagara - Ciamis sekitar tahun 1751 awal.
Baca Juga: Menengok Makam Ibu Hajah Boyong Telukjati Sukabumi, Pejuang Islam Di Pajampangan
"Pertempuran antara Rd.Mas Martanagara alias Mbah Partadilaga atau Mbah Karang Bolong dengan Mbah Brojonoto terjadi dipesisir Pantai Karang Bolong. Mereka saling kejar mengejar ke hutan, daratan, hingga ketengah laut. Diceritakan mereka adu kasaktian hingga akhirnya Mbah Brojonoto muntah darah akibat tekanan tenaga dalam Rd. Mas Martanegara," terang Ki Kamaludin.
Kata Ki Kamaludin, saat ini di Pantai Karang Bolong terdapat dua makam, yaitu makam Rd. Mas Martanagara atau Partadilaga atau Mbah Karang Bolong yang masih terpelihara dan terjaga oleh juru kuncinya yakni Ki Gobang, lalu ada makam Mbah Brojonoto atau Mbah Beureum posisinya ditebing (gawir) bibir pantai.
Disebut Mbah Beureum, dulu ceritanya pada tebing atau gelewer batu bibir pantai, ada tunggul bulat warna merah ( Beureum) sebesar bola sepak anak-anak. "Konon, batu itu merupakan jelmaan dari darah yang keluar dari mulut Mbah Brojonoto akibat hantaman tenaga dalam Mbah Martanagara," imbuhnya.
Dalam ceritanya, sesudah muntah darah, lalu Mbah Brojonoto jatuh dan tersungkur, nyangkut pada gundukan tanah batu ( hunyur batu) di bibir Pantai Karang Bolong.
Disana dikasih ciri sama batu nisan bulat, namun kemungkinan juga sudah hilang karena abrasi ombak laut.
"Kearah hulu Sungai Karang Bolong yaitu di Kampung Cilame Kedusunan Cikawung, Desa Cidahu, Kecamatan Cibitung, ada beberapa kuburan keramat antara lain Mbah Jaka Pati Sawana (Jaga Patih Saluwarna), Mbah Singawulung, dan beberapa lagi tidak disebutkan nama-namanya yang mungkin para pengiring atau balad pasukan," ujar Ki Kamal menceritakan.