SUKABUMIUPDATE.com - Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Cina di proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) jumlahnya lebih banyak dibandingkan dari Indonesia - khususnya pada bagian jasa pengadaan layanan operasi dan pemeliharaan.
Melansir dari tempo.co, posisi staf dari Cina sebanyak 771 belum termasuk pimpinan, deputi, manajer, insinyur, dan penerjemah. Sementara pegawai asal Indonesia hanya 95 orang dengan posisi yang bervariasi.
Data tersebut merujuk pada dokumen yang diterima oleh tempo.co yang merupakan lampiran surat PT Kereta Cepat Indonesia China (PT KCIC) yang ditujukan kepada Liu Zhenfang, Ketua Dewan dan Sekretaris Group China Railway tentang Pengadaan Penyedia Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan. Surat tersebut bernomor 0072/HPP/HP/KCIC/07.2023 yang dibuat pada 7 Juli 2023.
Baca Juga: Kata Disdik Sukabumi soal Dugaan Korupsi Dana BOS di SMP Islam Kabandungan
Sekretaris PT KCIC Eva Chairunisa menjelaskan perusahaannya memang bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI dan China Railway untuk kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan selama satu tahun. Menurut dia, China Railway memiliki pengalaman mengoperasikan jaringan kereta cepat di Cina sepanjang 40.000 kilometer, sementara PT KAI merupakan BUMN Perkeretapian di Indonesia.
Konsorsium bertugas menyediakan sekitar 852 tenaga kerja asing (TKA) berpengalaman dan memiliki sertifikat sebagai operator operasional dan pemeriharaan. Sementara PT KCIC menyiapkan 1.096 tenaga kerja indonesia (TKI) yang akan mendampingi para tenaga ahli dari Cina untuk dapat melaksanakan tugas peralihan kemampuan.
“Untuk dapat mengoperasikan dan melakukan perawatan sarana kereta cepat secara bertahap. Sehingga nantinya kegiatan operasi dan perawatan dilakukan sepenuhnya oleh TKI,” ujar Eva melalui pesan WhatsApp, Rabu.
Baca Juga: Diikuti Bupati Sukabumi, Berikut Rute Touring Merdeka Ngabumi Session 2
Selain itu, Eva melanjutkan, jumlah 1.096 TKI itu telah disiapkan melalui proses pelatihan dan mendapatkan sertifikat kelulusan. Saat ini sekitar 300 orang TKI telah melalui proses pendidikan Politeknik Perkeretaapian Indonesia Madiun (PPI) dan siap melakukan proses sertifikasi.
Selanjutnya, mereka akan ditugaskan sebagai pendamping operator operasional dan pemeliharaan dari China Railway pada proses transfer knowledge. “Sementara 796 TKI lainnya saat ini akan melanjutkan proses pelatihan terkait High Speed Railway (HSR),” tutur Eva.
Alasan banyaknya TKA didatangkan
Terkait banyaknya TKA yang didatangkan, Eva melanjutkan, hal itu karena ada perubahan strategi untuk percepatan transfer keahlian dan pengetahuan yang sudah diprogramkan. Rencana awal 1.096 orang TKI akan dikirim ke Cina mulai 2021 sehingga diharapkan dengan sumber daya tersebut KCIC dapat mengoperasikan sendiri Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Baca Juga: BAPPEDA Kota Sukabumi Raih Penghargaan Public Service of The Year
Namun rencana itu terkendala adanya pandemi Covid-19, di mana pemerintah Cina tidak mengijinkan warga asing masuk negara mereka. Sehingga pelatihan HSR Training baru bisa dilakukan pada 2022 dan lokasi pelaksanaannya dipindah ke Madiun.
“Training HSR dilaksanakan di PPI Madiun bekerja sama dengan Universitas Perkeretaapian di Cina yakni Southwest Jiaotong University dan Tianjin Railway Vocational and Technical College,” ucap Eva.
TKI yang telah dan akan menjalani Training HSR itu juga diseleksi secara ketat dan diwajibkan memiliki pengalaman sebagai operator operasional dan pemeliharaan. Contohnya untuk masinis kereta cepat adalah orang-orang terpilih yang sebelumnya harus sudah memiliki catatan mengemudikan kereta sebanyak 10.000 jam.
Baca Juga: Dirigen Powerfull Caringin Viral Masuk TV, Bawa Lagu Mars Sukabumi
“Karena menjadi masinis kereta api cepat memerlukan keahlian tertentu yang berbeda dari keahlian masinis kereta konvensional,” kata Eva.
Ekonom IDEAS Yusuf Wibisono menuturkan di Indonesia secara resmi jumlah TKA Cina sekitar 45 persen dari total seluruh TKA. Secara formal, TKA adalah warga asing pemegang visa yang bekerja di wilayah Indonesia untuk jabatan dan waktu tertentu serta memiliki kompetensi sesuai jabatan yang didudukinya.
Dengan demikian, kata dia, seharusnya TKA terbatas hanya untuk posisi di mana pekerja lokal tidak memiliki keahlian atau posisi direksi-komisaris perusahaan yang mewakili kepentingan pemilik. Maka jika benar di proyek kereta cepat jumlah TKA Cina jauh lebih banyak, tentu sangat mengejutkan dan tidak wajar.
"Terlebih pengerjaan proyek kereta cepat telah mencapai lebih dari 95 persen. Dengan kata lain masa konstruksi telah hampir selesai, sehingga seharusnya kebutuhan terhadap TKA semakin kecil," ujar Yusuf.
Baca Juga: Kejutan Cuaca, Hujan Guyur Cicurug dan Parungkuda Sukabumi di Tengah Musim Kemarau
Dia menilai, di masa operasional, kebutuhan TKA seharusnya semakin kecil. Sehingga TKA yang sebelumnya dibutuhkan di masa konstruksi seharusnya sudah kembali ke negara asal mereka. “Menjadi sangat mengherankan jika benar kini TKA justru mendominasi di proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini,” ucap dia.
Kesenjangan gaji pegawai Cina dan Indonesia
Selain itu dalam lampiran surat juga terlihat adanya kesenjangan gaji dan tunjangan staf dari kedua negara. Gaji dan tunjangan staf asal Cina jika dihitung nilainya US$ 36.568 (setara Rp 559,5 juta dengan kurs Rp 15.300,2) selama setahun belum termasuk tunjangan. Sementara untuk pegawai asal Indonesia US$ 16.241 (setara Rp 248,5 juta).
Gaji staf itu termasuk yang paling kecil dibandingkan jabatan lainnya. Untuk Kepala Operasional dan Pemeliharaan asal Cina gaji per bulan US$ 8.596 (Rp 131,5 juta); Kepala Operasional US$ 8.010 (Rp 122,5 juta) per bulan; Kepala Deputi US$ 6.997 (Rp 107,05 juta) per bulan; Manajer Senior US$ 5.826 (Rp 89,1 juta) per bulan; dan Manajer Junior US$ 4.654 (Rp 71,2 juta) per bulan.
Baca Juga: 8 Perilaku Orang Tua yang Bisa Merusak Mental Anak, Hati-hati!
Sekretaris PT KCIC Eva Chairunisa menjelaskan soal sistem penggajian, pihaknya menggunakan standar yang disesuaikan dengan pekerja lokal. Namun khusus tenaga kerja asing jika perlu ada penyesuaian dengan nominal yang diterima sesuai pada saat mereka bertugas di Cina maka KCIC akan melakukan negosiasi.
Tujuannya agar terdapat solusi seperti misalnya tunjangan khusus yang dibayarkan oleh China Railway untuk para tenaga ahli yang ditugaskan ke indonesia. “Sehingga sistem penggajian dari KCIC tetap menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh KCIC,” ujar Eva.
Sebagai informasi, Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung beberapa kali diundur operasionalnya, mulai dari 2019, lalu diundur kembali pada Desember 2022, hingga akhirnya ditargetkan rampung tahun ini.
Baca Juga: Doa Setelah Sholat Istikharah Agar Diberikan Pilihan Terbaik Atas Keraguan
Pada 2015, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung mulai dikerjakan. Setahun kemudian proyek tersebut dilabeli sebagai proyek strategis nasional dan sempat ditagetkan beroperasi pada 2019. Namun, penyelesaiannya mundur dan dirancang kembali untuk beroperasi pada Desember 2022. Itu pun masih memerlukan waktu tambahan sehingga target operasionalnya diundur menjadi Juli 2023.
Terakhir, PT KCIC—sebagai operator sepur kilat—menjadwalkan proyek untuk soft lanching kereta ceoat langsung oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Bersamaan dengan ditetapkan sebagai uji coba pra-operasi bersama penumpang secara gratis. Namun, uji coba tersebut diundur kembali ke September 2023.
Sumber : tempo.co