SUKABUMIUPDATE.com - Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh komunitas etnik Sunda yang sangat kuat memegang adat istiadat peninggalan nenek moyangnya. Kampung Naga terletak di Tasikmalaya Jawa Barat.
Seperti Baduy dalam dan Baduy luar, masyarakat Kampung Naga juga terbagi menjadi dua yaitu luar dan dalam. Untuk wilayah luar mereka sudah tersentuh teknologi, sementara masyarakat Kampung Naga yang di dalam masih menggunakan cara-cara tradisional.
Sebuah artikel ilmiah Ujang Saepullah tahun 2018, bertajuk "Etnografi komunikasi Islam Sunda Masyarakat Adat Kampung Naga di Tasikmalaya Jawa Barat", menyebut perkara Eyang Singaparna.
Baca Juga: Intip Harta Kekayaan Orang Nomor Satu di Kabupaten Sukabumi
Ya, Karuhun Kampung Naga adalah Embah Eyang Singaparna dan para keturunannya. Eyang Singaparna merupakan pendiri Kampung Naga, menurut salah satu versi cerita yang beredar.
Oleh sebab itulah, ia diyakini oleh masyarakat Sa-Naga bahwa beliau karuhun yang harus dihormati dan disanjung, karena ia akan memberikan berkah buat seluruh keturunan eyang.
Kepercayaan-kepercayaan terhadap para karuhun tersebut, merupakan mitologi atau cerita-cerita zaman dulu secara turun temurun. Seperti Nyi Roro Kidul sebagai dewi laut dan Nyi Pohaci Sanghyang Sri sebagai dewi padi.
Lokasi Kampung Naga, Kampung Adat di Tasikmalaya Jawa Barat
Seperti mengutip Perpustakaan Khusus Sejarah dan Kebudayaan bertajuk "Kampung Naga Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya", Selasa (16/5/2023).
Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Naga terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya.
Kampung Naga berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut.
Secara administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Dari Tasikmalaya ke Kampung Naga sekira berjarak lebih lagi mendirikan rumah baru kurang 30 kilometer.
Baca Juga: Siapa Pemenang Indonesian Idol 2023, Salma atau Nabila? Cek Infonya!
Kemudian, untuk mencapai Kampung tersebut dari arah jalan raya Garut – Tasikmalaya, harus menuruni anak tangga sekira 335 anak tangga hingga sungai Ciwulan dengan kemiringan 45 derajat. Penduduk Kampung Naga adalah penganut agama Islam, di samping masih memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun berasal dari nenek moyang mereka.
Karena area Kampung Naga terbatas, sehingga tidak memungkinkan lagi mendirikan rumah baru, maka banyak penduduk yang termasuk adat sa-Naga bertempat tinggal di di luar Kampung Naga maupun di luar Desa Neglasari.
Bahkan ada diantara mereka yang bertempat tinggal di Kota Garut, Tasikmalaya, Bandung dan Cirebon. Mereka ini pun masih taat menjalankan adat istiadat warisan nenek moyang mereka yang berpusat di dalam Kampung Naga.
Baca Juga: Loker Sukabumi Lulusan SMA: Penempatan di Cibadak, Cisaat dan Sukalarang
Misalnya ketika diselenggarakan adat dan upacara adat Sa-Naga yang dipusatkan di Kampung Naga, mereka memerlukan datang ke Kampung Naga untuk melaksanakannya bersama-sama. Nenek moyang orang Kampung Naga (Sa-Naga) yang menurunkan keturunan dan adat istiadat Naga adalah Embah Dalem Eyang Singaparna.
Makam Eyang Singaparna ada di wilayah Hutan sebelah barat Kampung Naga. Makam Embah Dalem Singaparna dianggap makam keramat yang selalu diziarahi pada saat akan diadakan atau dilakukan penyelenggaraan upacara-upacara adat atau yang lainnya, baik oleh warga masayarakat Kampung Naga yang berada di sana maupun orang-orang keturunan yang termasuk ke dalam adat Sa-Naga.
Sumber: UIN SGD | Perpus Kemdikbud