SUKABUMIUPDATE.com - Tepat hari ini, sebelas tahun lalu, pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalami kecelakaan di Gunung Salak. Hasil Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan peristiwa yang terjadi pada 9 Mei 2012 ini tidak disebabkan kerusakan pada pesawat.
Mengutip laporan KNKT yang dimuat di website tni-au.mil.id, kecelakaan yang menewaskan 45 orang tersebut dipicu human factor dan sejumlah faktor lainnya.
Berdasarkan data yang didapat dari kotak hitam (blackbox) pesawat, baik Flight Data Recorder (FDR) maupun Cockpit Voice Recorder (CVR), tidak ada tanda-tanda kerusakan pada pesawat selama penerbangan. Instrumen peringatan bahaya di pesawat juga berfungsi baik dan memberikan peringatan dengan benar.
Laporan hasil investigasi KNKT menyebutkan 38 detik sebelum pesawat menabrak tebing Gunung Salak, instrumen peringatan TAWS (Terrain Awareness and Warning System) berbunyi. Instrumen peringatan di pesawat ini secara otomatis akan berbunyi jika pesawat mendekati daratan di depannya.
Baca Juga: Ada Tiga Jalur, Pendakian Gunung Salak dan Kawah Ratu Kembali Dibuka 1 April 2023
Namun, PIC (Pilot-In-Command) pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah melakukan penerbangan promosi itu mematikan instrumen TAWS karena berasumsi instrumen peringatan tersebut bermasalah.
Kemudian tujuh detik sebelum tabrakan, peringatan berupa suara yang memperingatkan roda belum diturunkan berbunyi. Dari rekaman blackbox diketahui awak pesawat sempat bertanya mengapa instrumen TAWS berbunyi. Tabrakan lalu terjadi tanpa kesempatan manuver recovery oleh awak pesawat.
Hasil simulasi KNKT menyimpulkan, tabrakan sebenarnya bisa dihindari apabila awak pesawat melakukan manuver recovery dengan berbelok ke kiri dalam 24 detik setelah alarm peringatan dari instrumen TAWS berbunyi pertama kali.
Meski hasil penyelidikan ini menunjukkan banyak human factor yang melatarbelakangi kecelakaan, namun KNKT tidak menegaskan kejadian ini disebabkan murni kesalahan manusia, yang dalam hal ini adalah PIC. Menurut ketua KNKT, Tatang Kurniadi, meski terdapat human factor, namun tidak semuanya berasal dari human factor tersebut.
Ada juga beberapa faktor lainnya. Antara lain kurangnya data batas ketinggian minimum yang berfungsi untuk daerah Gunung Salak pada pesawat, awak pesawat yang tidak mengenali medan jalur penerbangan, dan adanya pengalihan perhatian saat adanya percakapan panjang yang tidak terkait dengan penerbangan antara awak pesawat dengan penumpang dari calon pembeli yang berada di ruang kemudi atau kokpit pesawat.
Atas hasil investigasi ini, KNKT telah menerbitkan sejumlah rekomendasi yang sudah diteruskan pada sejumlah pihak terkait yakni Dirjen Perhubungan Udara, PT Angkasa Pura II selaku perusahaan penyelenggara pemanduan lalu lintas udara, dan pihak Sukhoi Civil Aircraft Company.
Investigasi ini dilakukan selama tujuh bulan oleh tim KNKT didampingi tim KNKT Rusia. Seluruh proses pembacaan kotak hitam dan simulasi dilakukan di laboratorium KNKT Jakarta.
Pesawat mengalami kecelakaan di Gunung Salak pada Rabu, 9 Mei 2012, saat melakukan joy flight. Pesawat hilang di titik koordinat 06.43 menit 08 detik lintang selatan dan 106.43 menit 15 detik bujur timur. Pesawat hilang kontak sekitar pukul 14.33 setelah mengudara selama 30 menit.