SUKABUMIUPDATE.com - Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Indonesia, tepatnya di daerah Bandung, Provinsi Jawa Barat pada 24 Maret 1946, menurut laman bandung.go.id. Hari ini 76 tahun lalu, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan momen penting bagi rakyat Indonesia, khususnya masyarakat Kota Bandung. Ini karena alasan masyarakat yang memilih membumihanguskan rumah mereka daripada harus menyerahkannya kepada militer sekutu.
Tahukah Updaters, sebelum peristiwa Bandung Lautan Api, sempat terjadi Pertempuran Bojongkokosan di Sukabumi. Tragedi berdarah ini disebut-sebut sebagai peristiwa yang menyulut terjadinya Bandung Lautan Api.
Lantas, mengapa Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi bisa menyulut Peristiwa Bandung Lautan Api? Mari simak sebuah wawasan Peristiwa bersejarah yang perlu dicatat dalam rekam jejak perjuangan bangsa Indonesia, dilansir dari berbagai sumber!
Baca Juga: Dekat dengan Nyi Roro Kidul, Palabuhanratu Sukabumi Jadi Tempat Menyeramkan Di Dunia
Menurut situs resmi kebudayaan.kemdikbud.go.id, Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi termasuk salah satu faktor pemicu terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946 silam.
Alasan ini didasarkan pada tinjauan strategi Nasional, daerah jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung. Jalur ini merupakan urat nadi kekuatan Sekutu untuk menguasai daerah yang dilalui oleh jalur itu sendiri.
Kala itu, peristiwa Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi yang diperingati sebagai Hari Juang Siliwangi dipimpin oleh warga Sukabumi bernama Letnan Kolonel Eddie Soekardi. Pertempuran Bojongkokosan Sukabumi ini terjadi tiga bulan sebelum peristiwa Bandung Lautan Api, yakni 9-12 Desember 1945.
Kronologi Pertempuran Bojongkokosan yang Menyulut Peristiwa Bandung Lautan Api
- Sebelum Pertempuran Bojongkokosan
Pada 29 September 1945, Panglima Skadron Penjelajah V Inggris, Laksamana Muda W.R. Patterson tiba bersama Ch. O. van Der Plas, Wakil Kepala NICA (Netherlands Indies Civil Administration) untuk membentuk Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.
Mereka melakukan konvoi APWI (Allied Prisoners of War and Internees), yang bertugas melakukan pengiriman dan pemulangan tahanan perang. Dengan pengamanan ketat yaitu dikawal oleh Batalyon 5/9 Jats, satuan tentara Inggris yang berasal dari Punjab, India. Konvoi ini terdiri atas 150 truk yang dikawal Tank Sherman, Panser Wagon, dan Brencarrier.
- Pertempuran Bojongkokosan dalam Empat hari Serangan Pertama
Pertempuran Bojongkokosan berlangsung selama empat hari lamanya di tanah Pasundan ini yaitu pada 9-12 Desember 1945. Sebanyak tiga ribu personel Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dibantu oleh Laskar Pejuang Rakyat Sukabumi dikerahkan untuk menghadang konvoi tentara Sekutu di Jalur Sukabumi-Cianjur, salah satunya di Bojongkokosan, sebelah barat laut Kota Sukabumi.
Batalyon I sebagai pemukul pertama, dipimpin oleh Mayor Yahya B. Rangkuti bersiaga di Jalan raya Ciawi-Cigombong-Cibadak, yang berjarak 18 km. Kemudian penyerangan kedua dilakukan oleh Batalyon II yang dipimpin oleh Mayor Harry Soekardi. Lokasi penyerangan kedua berada di Cibadak hingga Sukabumi bagian barat, juga berjarak 18 km.
Selanjutnya, Batalyon III dipimpin oleh Kapten Anwar berjaga dari Gekbrong hingga Ciranjang Cianjur, berjarak sejauh 30 km. Terakhir, Mayor Abdulrachman memimpin Batalyon IV di jalan raya Sukabumi bagian timur hingga Gekbrong, berjarak 15 km.
Pada tanggal 9 Desember 1945, hari pertama pertempuran Bojongkokosan, konvoi sekutu melewati wilayah Cicurug. Ketika kepala konvoi sampai di Bojongkokosan, satu ruas jalan dengan tebing di kedua sisinya, mereka mendapatkan serangan tiba-tiba.
Sementara ekor konvoi masih berada di Cicurug mendapatkan serangan kedua. Akhirnya, konvoi panik dan perang tidak terelakkan.
Pada 10 Desember 1945 pagi, RAF, angkatan udara independen tertua di dunia, membombardir Cibadak hingga sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB.
Serangan balasan tersebut merupakan serangan udara paling dahsyat sepanjang sejarah perang di Pulau Jawa. Sementara Batalyon Jats yang tersisa berusaha menyatukan diri dan beristirahat di Kota Sukabumi.
Hari berikutnya di 11 Desember 1945, Markas Sekutu di Cimahi mengirim Batalyon 3/3 Gurkha Rifles sebagai bantuan atas pertempuran ini.
Namun, pasukan berhasil dihadang oleh Batalyon III di sepanjang Jalan Raya Cianjur. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin oleh Letkol Eddie ini menggunakan taktik “Hit and Run” atau gerilya.
Batalyon Gurkha Rifle dan Jats kemudian bergabung pada malam harinya di kota Sukabumi. Mereka akhirnya memohon untuk dapat melanjutkan perjalanan ke Bandung dan tidak diganggu.
Permohonan bahkan dilakukan oleh Mayor Rawin Singh, seorang juru runding. Akibat peristiwa tersebut, Pemerintah Inggris dikecam oleh berbagai pihak, terutama keluarga tentara dan pers internasional, yang menghebohkan Parlemen Inggris.
Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI), Pasukan Sekutu yang mendarat di Indonesia sebelum Jepang, dengan terpaksa mengakui ketidakmampuannya menjalankan Misi Internasional. Mereka harus kembali pada kesepakatan Konferensi Postdam hingga AFNEI meminta bantuan Pemerintah RI dan mengalihtugaskan Misi Internasional kepada TKR.
Pertempuran Konvoi pada 9 hingga 12 Desember 1945 di Bogor, Sukabumi dan Cianjur, memberikan hikmah bahwa Republik Indonesia secara tidak langsung telah mendapatkan pengakuan (de facto) dari pihak Sekutu, yang menggugah dunia Internasional.
Baca Juga: Link Download Jadwal Imsakiyah Ramadan 2023 Seluruh Wilayah, Klik Disini!
Saat ini masyarakat lebih familiar dengan Museum Palagan Bojongkokosan. Museum ini adalah salah satu tempat mengabdikan jejak-jejak Pertempuran Bojongkokosan yang menyulut peristiwa Bandung Lautan Api.
Mengutip asosiasimuseumindonesia.ord, Museum Palagan Bojongkokosan adalah salah satu museum kebanggaan masyarakat Sukabumi. Tempat ini dibangun sebagai tanda peringatan dan rasa hormat untuk para pahlawan yang gugur pada “Peristiwa Bojongkokosan” 9 Desember 1045.
Tragedi Bojongkokosan merupakan pertempuran antara para pejuang Sukabumi dengan Sekutu Inggris serta NICA (Belanda) yang ingin mengembalikan penjajahannya di Indonesia.
Museum Palagan Bojongkokosan beralamat di Jalan Raya Siliwangi, Desa Bojongkokosan, Kec. Parungkuda, Kab. Sukabumi, Jawa Barat. Pembangunan Palagan Perjuangan 1945 Bojongkokosan dilakukan sesuai surat Ketua Umum Panitia Pemugaran Monumen Perjuangan 1945 NO. 20 PPM-BK/XII/1992. Kemudian diresmikan pada 13 November 1992 oleh R.Moh.Yogie Suardi Memet (Gubernur Jawa Barat 1985 – 1993).
Koleksi utama Museum Palagan Bojongkokosan adalah diorama, puing pesawat RAF, senjata laras panjang Len Enviel, senjata laras pendek VOC, Helmet Pasukan Sekutu dan TKR, pedang dan golok pasukan Kelaskaran Rakyat.
Baca Juga: Jatuhnya Sambo, Bus Palabuhanratu-Bogor yang Terperosok di Cicurug Sukabumi
Untuk diketahui, sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan dan Warga Bandung, dibangun sebuah monumen Bandung Lautan Api (BLA) di Lapangan Tegallega. Bukti lain juga tampak dari stilasi Kota Bandung yang tersebar di 10 titik.
Ke sepuluh stilasi-stilasi tersebut adalah bukti tanda tempat pertama kalinya pembacaan teks proklamasi oleh rakyat Bandung, lokasi persitiwa perobekan bendera Belanda maupun markas para pejuang Bandung Lautan Api.
Sumber: berbagai sumber.