SUKABUMIUPDATE.com - Amblasnya Jalan Nasional Bogor-Sukabumi tepatnya Jembatan Cikereteg, turut berdampak pada pekerja asal Sukabumi. Salah satunya pekerja bernama Ricki Zulfikar (35 tahun) yang terpaksa berangkat lebih awal, demi tak terlambat masuk kerja.
"Biasa kalau shift malem masuk kan setengah delapan. Sebelumnya berangkat setelah magrib juga keburu, kalau misalkan gak kejadian longsor, yang menyebabkan ditutupnya jalan untuk kendaraan roda dua maupun roda empat," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, pada Jumat (10/03/2023).
Agar tidak terlambat masuk kerja, Zulfikar menyatakan harus berangkat kerja lebih awal, lantaran jarak tempuh menjadi lebih jauh dan banyak menemukan rintangan ketika menempuh perjalanan ke tempat kerja. Baik menggunakan motor ataupun mobil.
"Jadi sekarang berangkat lebih awal, terus bukan hanya jauh, jalan alternatif yang bisa dilewati motor, yaitu lewat jalan Cibolang rusak. Belum lagi ketika udah di Cikereteg menuju tempat kerja jaraknya menjadi sekitar 9 kilometer. Padahal kan jarak tempuh pada situasi normal hanya 1 kilometer aja gak nyampe," kata dia.
Zulfikar mengungkapkan, jalan alternatif bukan sebuah solusi untuk menghindari kemacetan. Lantaran untuk kendaraan roda dua yang melintasi jalur Cibolang, Ciawi Kabupaten Bogor, akses jalannya sempit, yang membuat kendaraan bermotor diberlakukan satu arus.
"Lewat Cibolang itu satu jalur motor, jadi gantian kita, itu yang menyebabkan macet. Udah gitu jalannya ekstrim, nanjaknya lumayan dan licin. Pernah kejadian celaka, di Cibolang ada yang kecebur, motornya gak tau dapet atau enggak, orangnya sih selamat. Bawahnya kan sungai deras banget arus airnya," ungkapnya.
Kemudian, kata Zulfikar, untuk melalui jalur Cibolang menggunakan kendaraan roda dua, waktu tempuhnya menjadi lebih lama dari sebelumnya.
"Waktu tempuh normal dari rumah ke tempat kerja sekitar empat puluh lima menit, kekinian menjadi satu jam lebih," keluhnya.
Beberapa Jalan Alternatif Menuju Bogor
Zulfikar juga menjelaskan, jalur mobil selain via tol Bocimi, yaitu jalur Cibedug. Namun jalur tersebut terbilang rawan, lantaran akses untuk sebuah mobil yang terbilang sempit, sehingga banyak pengguna mobil yang melintasi jalur tersebut mentok.
"Karena jalurnya sempit untuk ukuran sebuah mobil. Jadi kalau kedua mobil papasan dari arah berlawanan, udah tuh macet lagi. Jadi tetap aja harus berangkat lebih awal, biar gak kesiangan ke tempat kerja," tambahnya.
"Ada lagi, lewat Balandongan yang keluar di Rancamaya, itu lebih ekstrem lagi, jalannya nanjak banget. Kalau musim hujan repot, jalannya ngeri," imbuhnya.
Zulfikar menuturkan, semua jalan alternatif ada kendala khusus, sehingga mengharuskan pekerja, untuk berangkat lebih awal, karena macet. Hal tersebut lanjut Ia, demi mengejar waktu masuk kerja.
"Tetap bakal kena macet walaupun motor. Itu yang bikin malesnya, tapi gimana lagi, kalau gak gitu, gak kerja," ungkapnya.
Lebih lanjut, Zulfikar menyatakan, perusahaan tempatnya bekerja menyediakan juga jasa jemputan. Namun waktunya ditentukan oleh pihak perusahaan. "Sama juga kita harus tau waktu, misalkan dijadwalkan setengah tujuh, itu harus tepat. Kalau kita telat, ditinggalin. Biasa kalau shift malem berangkat abis magrib, sekarang jadi setengah enam dari sini," paparnya.
Zulfikar menjelaskan ketika menggunakan jemputan, Ia tetap membawa sepeda motornya dari rumah hingga menuju Pasir Muncang. "Kalu pakai jemputan, dari rumah tetap bawa motor, terus disimpan di rumah teman (Pasir Muncang)," terangnya.
"Selain itu, saya pernah pakai angkot, turun di sebelum jembatan Cikereteg. Itu nanti kita jalan kaki, nyambung lagi angkot. Tapi agak lama doang kalau pake angkot, dia kan nunggu penuh dulu (ngetem). Jadi sama aja, intinya harus berangkat lebih awal," tandasnya.