SUKABUMIUPDATE.com - Ditutupnya lalu lintas Sukabumi Bogor melalui Jembatan Cikereteg, berdampak terhadap penghasilan kendaraan umum, khususnya Angkutan Perkotaan atau Angkot Bogoran 02 (Cicurug-Sukasari). Selain itu, banyak waktu terbuang lantaran harus ngetem menunggu banyak penumpang.
Hal tersebut dikeluhkan sejumlah sopir angkot Bogoran 02 (Cicurug-Sukasari) dari komunitas monster kepada sukabumiupdate.com di SPBU (Pom Bensin) Nyangkowek, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Selasa (28/02/2023).
Sopir angkot Bogoran 02, trayek Cicurug-Sukasari, Kodong (30 tahun) mengatakan, semua kendaraan roda 4 yang dari Cicurug hendak menuju Bogor, dihimbau untuk mengakses jalan Tol. Begitupun arah sebaliknya (Bogor-Cicurug), hal tersebut lantaran Jembatan Cikereteg yang merupakan Jalan Raya Nasional atau penghubung jalan Bogor menuju Sukabumi di tutup akibat longsor.
"Usai longsor susulan kemarin, mobil diminta lewat tol semua, tak terkecuali kendaraan umum seperti angkot. Bahkan motor aja udah gak bisa lewat, jadi untuk yang menggunakan kendaraan ditutup total," ujarnya
Kodong menyatakan, harus memiliki e-toll card untuk tetap bertahan mencari rezeki. Selain itu sambungnya, tarif angkutan perkotaan Cicurug menuju Bogor mengalami kenaikan, lantaran menyesuaikan keadaan.
"Sebelumnya tarif dari Cicurug menuju Bogor Rp 15 ribu. Kini setelah angkot harus mengakses tol, kami meminta kebijakan kepada penumpang menjadi Rp 20 ribu. Repot lah pokoknya, penumpang jadi jarang mau naik," tegasnya.
Lebih lanjut, Kodong mengungkapkan, perjalanan menjadi lebih cepat, namun lambat dalam hal menunggu penumpang. "Nih dampakanya jadi banyak yang ngetem, karena kalau bawa penumpang satu atau dua orang pasti tekor," kata dia.
Senada dengan Kodong, supir angkot 02 lainnya, Anas (49 tahun) menyatakan keluh kesahnya setelah Jembatan Cikereteg mengalami longsor susulan, lantaran harus memiliki e-toll card dalam mengakses jalan tol yang bertarif.
"Belum lagi harus ngisi kartu e-tollnya. Itu juga harus nyari penumpang yang langsung hendak menuju ke Bogor. Untuk tarif juga berbeda, sebelumnya Cicurug-Sukasari (Bogor) Rp 15 ribu, sekarang menjadi Rp 20 ribu," ujarnya sembari mengulas kalau penumpang sampai ke Ciawi, dimana sebelumnya Rp 12ribu, sekarang menjadi Rp 15ribu.
Anas menjelaskan, untuk penumpang yang menginkan turun di Cikereteg (setelah jembatan), mengharuskan penumpang turun terlebih dahulu. Kemudian disambung dengan Angkot-Cikereteg menuju Ciawi.
"Jadi ada juga angkot yang dari Cicurug hanya sampai Jembatan Cikereteg, kemudian dari Cikereteg hanya menuju Sukarsari (Bogor), begitupun arah sebaliknya juga ada. Tapi repot juga pada ngetem," terangnya
Lebih lanjut, Anas mengungkapkan keresahan bilamana hanya membawa 2 penumpang. "Minimal 5 penumpang baru berani berangkat, kan harus bayar tol yang tarifnya Rp 14 ribu. Makanya dampaknya masih banyak yang pada ngetem disini," tandasnya.
"Dulu kan gak usah nunggu banyak penumpang. Masih berani lah berangkat sambil nyari penumpang lain di jalan, kalau sekarang beda cerita, harus mikirin bayar tol. Jadi banyak waktu terbuang karena ngetem dulu," kata supir angkot 02 lainnya, Tedi (32 tahun)
Berbeda dengan Anas, Ia menyatakan standar minimal dalam membawa penumpang yaitu 7 orang, sebelum berangkat menuju Bogor melalui jalan tol.
"Itu juga kalau berangkat dari Cicurug masuknya di gerbang tol Caringin, bukan Cigombong, karena kita masih berharap ada penumpang naik, sebelum memasuki jalan tol," ungkapnya.
"Tapi kalau dari sini penumpang udah penuh, bisa langsung masuk gerbang tol Cigombong, itupun kalau tujuannya Ciawi atau Bogor semua. Tetap sih sulit," lanjutnya.
Tedi menuturkan dampaknya ekonomi menjadfi sulit, lantaran harus membayar akses jalan tol. Sehingga pendapatan berkurang.
"Biasanya satu rit bisa nyampe Rp 300-350 ribu, dipotong bensin Rp 60 ribu, setoran Rp 50 ribu, ada lah dapet sekitar Rp 200 ribu mah. Sekarang satu rit paling sekitar Rp 100-150 ribu, banyak tekornya. Kadang e-toll aja gak ketutup," pungkasnya.