SUKABUMIUPDATE.com - BMKG masih mencatat adanya gempa susulan di Cianjur akibat gempa utama magnitudo 5.6 pada 21 November 2022. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, frekuensi gempa sudah semakin jarang.
“Update gempa susulan Cianjur sampai Jumat, 9 Desember 2022, pukul 06.00 WIB, terjadi 406 kali gempa,” kata Daryono lewat media sosial pribadinya.
Daryono juga memperlihatkan grafik gempa susulan sejak hari pertama terjadinya gempa, 21 November 2022. Terlihat tren pada diagram batang menurun.
Sehari sebelumnya, BMKG memberi pernyataan tentang temuan zona patahan sepanjang 8-9 kilometer mulai Desa Nagrak sampai Ciherang dengan arah tenggara-barat laut. Adapun radius kanan-kirinya sejauh 200-500 meter sehingga total luasan diperhitungkan 8,09 kilometer persegi.
Baca Juga: Mengenal Sesar Cugenang yang Jadi Penyebab Gempa Cianjur
Di antara dua desa itu melewati antara lain wilayah Desa Cibulakan, Desa Benjot, Desa Sarampad, Desa Mangunkerta, Desa Nyalindung, dan Desa Cibeureum yang termasuk Kecamatan Cugenang. Wilayah kecamatan ini disebutkan sebagai episentrum dari gempa M5.6 lalu.
"Sudah kami sampaikan sebagai rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk dikosongkan dari peruntukan permukiman," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Daryono menambahkan pentingnya patuh kepada rekomendasi itu. Dari temuan survei di lapangan didapati dampak gempa sangat merusak di Cianjur tak semata karena kedalaman gempa darat yang dangkal dan struktur bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa. Tetapi, ada juga faktor lokasi permukiman yang berada pada tanah lunak atau lepas dan perbukitan (efek topografi).
"Guncangan gempa tidak hanya menimbulkan rekahan tapi juga melorot atau longsor cukup parah. Ini terjadi di banyak tempat di Cugenang," kata Daryono.
Baca Juga: Pemicu Gempa Cianjur, 1.800 Rumah Berada di Zona Bahaya Patahan Cugenang
Data Korban
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanggulangan Gempa Bumi Cianjur, ada 41.166 kepala keluarga atau 114.683 jiwa terdampak yang sudah terverifikasi, terdiri dari 54.781 jiwa pengungsi laki-laki dan 59.902 jiwa pengungsi wanita. Tercatat pula 147 jiwa pengungsi penyandang disabilitas, 1.640 jiwa ibu hamil, dan 7.453 jiwa lansia.
Kemudian hingga Kamis, 8 Desember 2022, tercatat 334 korban meninggal dunia atau wafat dan delapan orang dalam pencarian. Korban jiwa yang terjadi tidak hanya akibat tertimpa longsoran atau saat kejadian. Beberapa pengungsi juga akhirnya meninggal karena kondisi sakit saat terjadi gempa utama.
Sumber: Tempo.co