SUKABUMIUPDATE.com - Wajah haru campur bahagia terpancar dari wajah pasangan Muhammad Ridwan dan Nida Khofia Syukur yang menikah di tengah reruntuhan Gempa Cianjur tepatnya di Kampung Kuta RT 01/07 Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Minggu, 4 Desember 2022.
Mengutip tempo.co, tak ada prosesi upacara adat atau hiburan organ tunggal. Pasangan mempelai hanya bersalin baju pengantin sederhana lalu bersimpuh di depan penghulu dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Cugenang. Sementara di sekeliling hanya ada anggota keluarga dan warga pengungsian serta puing-puing bangunan ambruk.
Mempelai pria Muhammad Ridwan, mengucapkan janji suci pernikahan dengan berbagai keterbatasan setelah gempa bumi 5.6 magnitudo mengguncang Cianjur pada 21 November 2022. Meskipun dengan berbagai keterbatasan, prosesi akad nikah berlangsung khidmat, dihadiri keluarga dan warga yang juga masih berduka.
Baca Juga: Sekda Kabupaten Sukabumi Bahas Pembangunan Rumah Rusak Akibat Gempa Cianjur
"Rencana pernikahan sudah sejak dua bulan lalu, segala pengurusan dan jadwal akad sudah terdaftar di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cugenang sehingga harus tetap dilangsungkan (akad nikah)," kata Ridwan kepada wartawan di Cianjur.
Ridwan mengaku bahagia sekaligus haru dengan prosesi pernikahan yang dijalaninya. "Bahagia, karena bisa melangsungkan pernikahan dan sah menjadi suami. Tapi, haru juga karena bencana gempa bumi kemarin saya harus kehilangan adik kandung yang meninggal dunia tertimpa bangunan rumah yang roboh," katanya.
Ridwan mengungkapkan, pernikahannya itu dapat memberikan kebahagiaan tidak hanya bagi keluarga tetapi juga warga yang terdampak gempa bumi Cianjur.
Baca Juga: Padahal di Sukabumi, Beredar Video Hoaks Angin Puting Beliung Usai Gempa Cianjur
Kembali ke Pengungsian
Ridwan juga menambahkan, tidak akan dulu memikirkan bulan madu dan akan langsung kembali ke pengungsian karena rumah mereka rusak terdampak gempa. "Belum terpikirkan bulan madu segala, mungkin nanti setelah situasi dan kondisinya membaik. Sekarang akan kembali lagi ke tenda pengungsian masing-masing," ujarnya.
Iis Pitaloka (38 tahun) mengungkapkan pernikahan keponakannya itu sudah direncanakan sejak dua bulan lalu, sebelum gempa mengguncang Cianjur. "Pernikahan harus tetap dilaksanakan karena memang sudah direncanakan sebelum gempa. Sudah lama rencana nikahnya, kasihan keluarga mempelai pria, soalnya adiknya meninggal," kata Iis.
Sumber: Tempo.co/Deden Abdul Aziz