SUKABUMIUPDATE.com - Badan Kesehatan Dunia memperingatkan terlalu cepat untuk mengatakan wabah virus corona penyebab Covid-19 sudah menuju fase endemi. WHO merujuk kepada pernyataan sejumlah pakar di dunia, termasuk di Indonesia, perihal keyakinan transisi pandemi-endemi di balik ledakan kasus baru karena SARS-CoV-2 varian Omicron.
Dalan keterangan kepada pers beberapa waktu lalu, pejabat senior bidang kedaruratan WHO Eropa, Catherine Smallwood, mengatakan endemisitas tercapai ketika sirkulasi virus sudah stabil di level dengan gelombang-gelombang penularannya yang sudah bisa diprediksi. Dan, menurut dia, itu tidak bergantung kepada upaya-upaya eksternal yang ditempatkan untuk memelihara stabilitas itu.
"Tapi apa yang kita lihat sekarang, memasuki 2022 ini, sama sekali belum mendekati fase itu," katanya sambil menambahkan, "Kita tidak bisa diam saja dan kemudian stabilitas penularan itu terjadi."
Smallwood menyatakan kalau saat ini masih ada begitu besar ketidakmenentuan karena virus yang berevolusi cukup cepat. Kemampuan virus itu memberi tantangan-tantangan baru untuk dihadapi umat manusia. "Jadi jelas sekali kita belum ada pada titik kemampuan untuk menyebut fase endemi," katanya.
Dalam jumpa pers itu WHO juga mengungkap hasil pemodelannya bahwa infeksi Covid-19 varian Omicron akan menjangkiti lebih dari separuh populasi penduduk di benua Eropa dalam 6-8 pekan ke depan. Omicron disebut menyebar lebih cepat dan luas daripada varian-varian Covid-19 sebelumnya.
Harapan akan fase endemi yang sudah mulai terbit di antaranya diungkap Kepala Ancaman Kesehatan Biologis dan Strategi Vaksin Badan Pengawas Obat Eropa, Marco Cavaleri. Dia mengatakan penyebaran Omicron membawa begitu banyak imunitas alami yang terjadi melampaui vaksinasi. "Kita akan bergerak cepat menuju sebuah skenario yang lebih dekat kepada endemisitas,” kata dia.
Pernyataannya itu senada dengan epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono yang menyebut penyebaran virus Covid-19 varian Omicron layaknya sebuah proses vaksinasi alami. Dasarnya adalah varian itu tidak seberbahaya varian Delta sehingga orang yang terinfeksi diprediksi bakal lebih cepat sembuh.
"Kalau penularan sangat cepat, banyak orang akan mendapatkan kekebalan. Apalagi virus ini tidak banyak menimbulkan gejala berat, khususnya ke yang sudah divaksinasi," ujarnya.
SUMBER: TEMPO