SUKABUMIUPDATE.com - Danish Siddiqui (38 tahun), wartawan Reuters, tewas dalam baku tembak pada Jumat, 16 Juli 2021 saat melakukan peliputan perang di Afganistan. Siddiqui berasal dari New Delhi, India. Kematiannya meninggalkan satu istri bernama Rike dan dua anak.
Dalam dunia jurnalistik, Siddiqui mempelajari fotografi secara otodidak bersamaan dengan tugasnya mendokumentasikan perang, kerusuhan dan penderitaan manusia. Ia juga bagian dari tim yang mendapat penghargaan Pulitzer Prize untuk Feature Photography pada 2018 atas dokumentasi krisis pengungsi Myanmar.
Teman-teman dan rekan kerja menggambarkan Siddiqui adalah sosok yang sangat peduli dengan apa yang dia liput. Ia melakukan penelitian dengan cermat sebelum memulai tugas dan selalu fokus pada orang-orang yang terjebak dalam berita.
"Bahkan dalam pemberitaan breaking news, dia akan memikirkan sisi humanisnya dan Anda bisa melihat pada foto-fotonya, termasuk yang memenangkan penghargaan Pulitzer Prize dan berita-berita yang ditulis bersama tim dalam beberapa tahun terakhir," kata Devjyot Ghoshal, koresponden Reuters di New Delhi, India.
Siddiqui menjadi fotografer Reuters sejak 2010. Hasil karyanya telah menyoroti peperangan di Afganistan dan Irak, krisis di Rohingya, unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong dan kerusuhan di India. Dalam beberapa bulan terakhir, dia membagikan foto-foto yang diambilnya saat India dikecamuk Pandemi Covid-19, yang sekarang sudah menyebar ke seluruh dunia.
"Sekitar 90 persen foto yang saya ambil, itu berasal dari pengalaman di lapangan. Yang sangat saya nikmati adalah wajah manusia yang bercerita," kata Siddiqui saat itu.
Siddiqui yang punya nama lengkap Ahmad Danish Siddiqui, lahir pada 19 Mei 1983. Ia menjadi wartawan setelah menyelesaikan kuliah S2 jurusan komunikasi dari Universitas Jamia Milia Islamia di India.
Sebelum bergabung dengan Reuters, Siddiqui bekerja sebagai koresponden di surat kabar Hindustan Times dan stasiun televisi TV Today. Pada tahun lalu, Siddiqui meliput kerusuhan di wilayah pinggir Delhi ketika dia dan rekannya melihat seorang laki-laki Muslim dipukuli saat dia berada di lingkungan masyarakat pemeluk agama lain.
Sumber: Tempo