SUKABUMIUPDATE.com - Sepekan ini bendera putih ramai beredar di jejaring internet Malaysia ketika pemerintah menerapkan lockdown nasional untuk mengendalikan lonjakan wabah Covid-19 terburuk negara itu. Di Petaling Jaya, di tepian sungai Way, gerbang bambu sebuah rumah bata dipasang bendera putih dengan pancang tiang panjang.
Jambu Nathan Kanagasabai, pria berusia 64 tahun, memasang bendera putih itu pada 1 Juli pagi setelah melihat unggahan jaringan ritel lokal yang menawarkan bingkisan makanan kepada mereka yang sangat membutuhkan bantuan. Tidak lama setelah itu, orang yang lewat memperhatikan permohonannya dan memberi tahu komite desa setempat.
"Ketua komite menawari ayah saya uang tunai, tapi dia hanya butuh makanan karena segan (malu)," kata putri Jambu Nathan, Vani, dikutip dari Channel News Asia melalui Tempo, Kamis, 8 Juli 2021.
Jambu Nathan, istri dan saudara perempuannya berbagi rumah di permukiman era Darurat Malaya. Ia biasa mendapatkan hanya sekira RM 1,300 (Rp 4,5 juta) setiap bulan sebagai penjaga keamanan untuk toko tukang emas.
Jambu Nathan adalah satu dari sekian orang yang terdampak lockdown total Covid-19 Malaysia. Kampanye bendera putih telah menarik perhatian ketika mereka yang rentan tidak mampu lagi menahan kelaparan di tengah pembatasan.
Kampanye yang diluncurkan di media sosial baru-baru ini mengatakan orang harus mengirimkan "bendera putih" untuk menunjukkan bahwa mereka membutuhkan bantuan, terutama dalam hal kebutuhan karena negara lockdown total.
"Kibarkan bendera putih jika butuh bantuan, tidak perlu mengemis atau merasa malu. Jangan mengambil tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang yang Anda cintai," tulis seruan yang beredar di media sosial Malaysia.
Kampanye tersebut banyak diterima oleh warganet yang memberikan dukungan moral dan bantuan kepada mereka yang pendapatannya terdampak selama Pandemi Covid-19. Sejumlah pihak pun menjawab panggilan bendera putih. Sekelompok mahasiswa Malaysia telah membuat aplikasi untuk membantu orang menemukan bank makanan serta lokasi bendera putih tempat mereka dapat mengirim bantuan.
Sidharrth Nagappan, Shaun Mak, dan Cornelius Pang, menciptakan aplikasi hanya dalam empat hari untuk mengatasi meningkatnya permintaan bantuan karena dampak ekonomi dari Pandemi Covid-19.
Terinspirasi dari gerakan bantuan Bendera Putih, aplikasi ini awalnya bernama Aplikasi Bendera Putih ketika diluncurkan pada 4 Juli sebelum berganti nama menjadi Sambal SOS. Nama baru itu sebagai Kode untuk nasi lemak yang sederhana.
"Di masa-masa sulit seperti ini, sebungkus nasi lemak hangat dengan sambal bukan hanya makanan khas Malaysia, ini adalah monumen dukungan dan rasa kebersamaan," kata Sidharrth, Mak, dan Pang dalam unggahan Facebook. Ketiganya, berusia antara 18 hingga 22 tahun, membuat aplikasi hanya dalam waktu empat hari tak lama setelah gerakan Bendera Putih mulai menarik perhatian di media sosial.
Lockdown di Malaysia telah menurunkan permintaan tenaga kerja dengan jumlah pekerjaan terdaftar turun 130.000 hanya dalam kuartal pertama tahun ini, menurut data pemerintah dari Departemen Statistik Malaysia.
Bunuh diri telah meningkat selama lima bulan pertama tahun ini dan kementerian kesehatan mengatakan bahwa sebagian penyebabnya adalah pandemi.
Anggota partai yang memerintah telah menyinggung kampanye. Salah satu anggota parlemen dari pemerintahan, Nik Abduh Nik Aziz, meminta orang untuk berdoa daripada mengibarkan bendera.
Namun oposisi Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, Zuraida Kamaruddin, menteri perumahan dan pemerintah daerah, menyuarakan dukungan untuk kampanye tersebut dan menulis di Twitter agar warga Malaysia tidak malu mengibarkan bendera putih.
Sumber: Tempo