SUKABUMIUPDATE.com - Pelonggaran kebijakan keluarga berencana oleh Pemerintah Cina tidak disambut antusias oleh warganya. Menurut survei terbaru dari media milik pemerintah, Xinhua, mayoritas warga tidak pernah terpikir untuk memiliki tiga anak, baik diperbolehkan maupun tidak.
Pemerintah Cina sebelumnya memperbolehkan warganya untuk memiliki tiga anak per keluarga pada Juni ini. Harapannya, hal tersebut bisa menggenjot angka kelahiran yang menurun beberapa tahun terakhir. Ini adalah langkah kedua dari Cina yang pada 2016 memperbolehkan satu keluarga memiliki maksimum dua anak.
"Tidak pernah memikirkan punya tiga anak," ujar 29 ribu dari 31 ribu responden yang ditanyai oleh Xinhua, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 31 Mei 2021 melalui Tempo.
Dari 2.000 responden yang tersisa, reaksi yang diberikan terpecah menjadi tiga. Ketiganya adalah "siap memiliki tiga anak", "ada di dalam agenda", serta "ragu karena banyak hal harus dipertimbangkan".
Lucunya, survei keluarga berencana tersebut tidak lagi dipublikasikan oleh Xinhua. Menurut laporan Reuters, Xinhua telah menghapus hasil survei yang mereka publikasikan lewat media sosial Weibo itu.
Meski hasil survei sudah tidak bisa lagi dilihat, perbincangan tentang pelonggaran keluarga berencana masih berlangsung di media sosial. Beberapa mengatakan biaya hidup yang tinggi adalah penyebab utama kenapa warga Cina ragu untuk memiliki anak yang berujung pada rendahnya angka kelahiran.
Menurut data Cina satu dekade terakhir, rata-rata jumlah anak per satu perempuan adalah 1,3. "Saya bersedia untuk memiliki tiga anak apabila pemerintah memberikan saya 5 Juta Yuan Cina (Rp 11 miliar)," ujar salah satu warga Cina di Weibo.
Reaksi warga serupa dengan reaksi para pakar. Sejumlah pakar pesimis pelonggaran yang diterapkan administrasi Presiden Xi Jinping bakal membawa perubahan. Menurut mereka, permasalahan angka kelahiran bukan pada jumlah yang dibatasi, tetapi pada biaya hidup yang tinggi, apalagi untuk menghidupi anak.
"Warga harus memikirkan biaya kegiatan ekstrakurikuler, makanan, liburan, dan sebagainya. Biaya hidup secara cepat akan naik (begitu ada anak). Menaikkan batas kelahiran anak tidak akan mengubah hal tersebut," ujar Li Yifei, sosiolog dari NYU Shanghai, Cina.