SUKABUMIUPDATE.com - Tahun 2020 masih jadi catatan kelam bagi profesi jurnalis dan pekerja media di dunia. Reporters Without Borders (RSF) mengatakan setidaknya 50 jurnalis dan pekerja media terbunuh sehubungan dengan pekerjaan mereka sepanjang 2020.
Mayoritas justru terjadi di negara-negara yang sedang tidak berperang. Menurut RSF, ada peningkatan pembunuhan jurnalis yang ditargetkan. "Pembunuh menyasar wartawan yang menyelidiki kejahatan terorganisir, korupsi atau masalah lingkungan," kata lembaga tersebut dikutip dari Asharq Al-Awsat, Selasa, 29 Desember 2020.
RSF menyoroti banyaknya pembunuhan jurnalis di Meksiko, India, dan Pakistan. Sebanyak 84 persen dari mereka yang tewas tahun ini sengaja ditargetkan karena pekerjaan mereka. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 63 persen.
"Selama beberapa tahun sekarang, Reporters Without Borders telah mencatat bahwa jurnalis investigasi benar-benar berada di persimpangan negara, atau kartel," kata Pauline Ades-Mevel, Kepala RSF.
Meksiko adalah negara paling mematikan, dengan delapan jurnalis tewas. "Hubungan antara pengedar narkoba dan politikus tetap ada, dan jurnalis yang berani meliput ini atau masalah terkait terus menjadi sasaran pembunuhan biadab," kata laporan itu.
Tak satu pun dari pembunuhan di Meksiko yang dihukum, tambah RSF, yang telah mengumpulkan data tahunan tentang kekerasan terhadap jurnalis di seluruh dunia sejak 1995.
Lima jurnalis tewas di Afghanistan yang dilanda perang, katanya, mencatat peningkatan serangan yang ditargetkan terhadap pekerja media dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan ketika pembicaraan damai antara pemerintah dan Taliban sedang berlangsung.
RSF juga menyoroti kasus tokoh oposisi Iran Ruhollah Zam, yang menjalankan saluran media sosial populer dan mengumpulkan penentang rezim. Ia telah dieksekusi beberapa hari lalu.
"Eksekusinya mengkonfirmasi rekor Iran sebagai negara yang secara resmi telah membunuh wartawan paling banyak dalam setengah abad terakhir," katanya.
Ades-Mevel mengatakan RSF juga mencatat tren kekerasan yang berkembang terhadap pekerja media yang meliput protes, terutama di Amerika Serikat setelah pembunuhan George Floyd, dan di Prancis melawan undang-undang keamanan baru yang kontroversial.
Jumlah total jurnalis yang tewas pada 2020 lebih rendah dari 53 yang dilaporkan pada 2019, meskipun RSF mengatakan lebih sedikit jurnalis yang bekerja di lapangan tahun ini karena pandemi Covid-19.
Dilansir dari tempo.co, RSF prihatin bahwa tindakan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk memerangi pandemi telah berkontribusi pada melonjaknya pelanggaran kebebasan pers. "Itu terdaftar 387 jurnalis yang dipenjara," kata mereka.
Empat belas dari 387 jurnalis itu telah ditangkap sehubungan dengan liputan mereka tentang krisis virus corona.
SUMBER: ASHARQ AL-AWSAT
Ingat pesan ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.