SUKABUMIUPDATE.com - Masyarakat internasional saat ini lebih mengenal Korea Utara sebagai negara yang menutup rapat dirinya dari dunia luar, memiliki senjata nuklir canggih yang dinilai mengancam perdamaian dunia sehingga Dewan Keamanan PBB dan beberapa negara menjatuhkan sanksi berat, pelaku pelanggaran HAM kepada warganya, dan sistem pemerintahan dinasti dengan menempatkan tentara sebagai elemen yang utama dan pertama.
Melansir Tempo.co, di balik fakta-fakta itu, Korea Utara menempatkan Indonesia sebagai negara istimewa karena jalinan hubungan sejarah masa lalu.
Korea Utara menyapa Indonesia sebagai Big Brother dengan penghormatan besar kepada presiden pertama yang juga the founding father negara ini, Soekarno atau akrab disapa Bung Karno.
Penghormatan Korea Utara terhadap Indonesia bahkan diwujudkan dengan menyimpan berbagai benda bersejarah cinderamata Soekarno di Mausoleum Kumsusan Palace dan museum hidup seperti Taman Mini Indonesia Indah.
"Saya pernah bertugas di Rusia, menurut saya Mausoleum di Korea Utara lebih keren, sangat bagus daripada Mausoleum Lenin," kata Berlian Napitupulu, Duta Besar Indonesia untuk Korea Utara kepada Tempo, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Fakta lainnya, kata Napitupulu, Indonesia menjadi negara satu-satunya yang pernah mendapatkan kunjungan 2 pemimpin Korea Utara secara bersamaan, yakni Kim Il Sung dan Kim Jong Il.
Korea Utara begitu memuja legasi Soekarno di antaranya Gedung Olah Raga Senayan yang menginspirasi pembangunan stadiun olah raga Korea Utara yang megah.
Di bidang perekonomian, ujar Napitupulu, Korea Utara mengadopsi koperasi untuk memajukan hasil pertanian mereka. Koperasi yang diberi nama Yaksu merupakan model percontohan untuk koperasi-koperasi di Korea Utara dalam rangka memajukan hasil pertanian. Koperasi Yatsu hingga saat ini bermitra dengan KBRI Pyongyang.
Korea Utara juga mendirikan sekolah persahabatan Indonesia-Korea Utara atau Ryulgok. Sekolah yang bermitra dengan KBRI sudah beberapa kali memperoleh penghargaan dari Kim Il Sung, Kim Jong Il, dan Kim Jong Un.
Di sekolah ini, anak-anak belajar lagu-lagu Indonesia seperti Tanah Airku, Sarinande, Anak Kambing Saya, dan Halo-Halo Bandung.
Di bidang perfilman, Korea Utara yang terisolasi dari dunia luar menggelar Pyongyang International Film Festival tahun 2015 dengan menayangkan film Soekarno karya Hanung Bramantyo.
KBRI Pyongyang tahun 2019 mempromosikan film Indonesia di acara Indonesian Movie Night di aula Kedutaan Polandia di Pyongyang dengan menayangkan film Keluarga Cemara.
Di tahun yang sama, KBRI Pyongyang meresmikan pendirian Galeri Mini Budaya dan Pariwisata Indonesia. Galeri ini didirikan pada 19 Agustus 2019, bertepatan dengan hari ulang tahun Kementerian Luar Negeri ke 74.
Galeri mini berukuran 6x6,5 meter memuat informasi tentang destinasi wisata dan budaya daerah, peta besar Indonesia, aneka pakaian adat, wayang, artefak budaya, hingga alat musik seperti angklung, gamelan hingga Gong.
Galeri berisikan 31 foto tentang destinasi wisata dan tarian-tarian daerah, 20 koleksi kain adat, dan 6 pasang pakaian adat dari daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur.
Galeri yang baru saja genap berusia satu tahun telah dikunjungi beberapa pejabat tinggi pemerintahan negara asing yang bertugas di Korea Utara.
Sumber: Tempo.co