SUKABUMIUPDATE.com - Skotlandia memasuki resesi setelah PDB negara itu terjun 19,7 persen dan menjadikannya negara Eropa dengan kejatuhan ekonomi terburuk selama lockdown virus corona.
Melansir Tempo.co, PDB negara hampir seperlima lebih rendah dari sebelum lockdown, menurut angka resmi yang dilaporkan Daily Express, 19 Agustus 2020. Data ekonomi terbaru, diungkapkan oleh Pemerintah Skotlandia pada Rabu, menunjukkan dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi negatif.
PDB Skotlandia anjlok 19,7 persen antara April dan Juni, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, setelah turun 2,5 persen pada periode Januari hingga Maret, menurut laporan Herald Scotland.
Selama dua kuartal kontraksi, output diperkirakan turun sebesar 21,7% dibandingkan dengan Oktober hingga Desember tahun lalu.
Angka-angka sementara menunjukkan beberapa perbaikan di bulan Juni, tetapi PDB tetap 17.6 persen di bawah tingkat di bulan Februari, sebelum langkah-langkah lockdown diperkenalkan pada Maret.
Namun PDB Skotlandia meningkat 5,7% pada bulan Juni, menurut statistik yang diumumkan kemarin oleh Kepala Statistik.
Resesi terjadi setelah angka menunjukkan Inggris secara keseluruhan mengalami penurunan 20,4% antara April dan Juni dalam kemerosotan terbesar dari ekonomi global utama mana pun.
Penurunan ke dalam resesi, seperti yang didefinisikan oleh penurunan output dua kuartal berturut-turut, adalah yang terbesar dalam catatan dan menandai yang pertama sejak krisis keuangan 2008.
Dr Liz Cameron, kepala eksekutif Kamar Dagang Skotlandia, mengatakan penurunan ekonomi mengirimkan sinyal alarm yang signifikan.
"Jatuhnya PDB Skotlandia pada kuartal kedua membunyikan alarm peringatan meski penurunan sudah diproyeksikan," kata Liz Cameron.
"Penurunan 19,7 persen dari April hingga Juni membuat perekonomian Skotlandia dan Inggris di antara negara dengan kinerja terburuk di Eropa."
"Angka-angka ini mengkonfirmasi ekonomi Skotlandia berada dalam resesi yang dalam dan intervensi diperlukan sekarang untuk mencegah kerusakan nyata dan permanen pada pasar lapangan pekerjaan," ujarnya.
Sementara Perdana Menteri (First Minister) Skotlandia, Nicola Sturgeon, mengatakan belum aman untuk mencabut pembatasan Covid-19 di Aberdeen setelah lonjakan wabah di sana, meski mengatakan situasi di kota itu membaik.
"Meskipun situasinya tidak diragukan lagi membaik, dan saya tidak ingin melupakan hal itu, kami belum dalam posisi untuk mengatakan bahwa wabah ini sudah berakhir atau sepenuhnya terkendali," kata Sturgeon dikutip dari Reuters.
Stugeon berharap beberapa lockdown virus corona tambahan yang diberlakukan di kota terpadat ketiga Skotlandia itu dapat mulai dicabut Rabu depan.
Sumber: Tempo.co