SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan dari International Islamic University Malaysia mengambil jaringan dan sel badak Sumatera terakhir di Malaysia bernama Iman sebelum mati.
Dilansir dari Tempo,co, mereka berharap bisa memanfaatkan jaringan dan sel itu untuk digunakan sebagai bahan kloning dan bisa mengembalikan spesies itu dari kepunahan.
Iman, badak Sumatera terakhir di Malaysia, mati di usia 25 tahun karena kanker di penangkaran pada November lalu. Upaya membiakkan Iman dengan pejantan terakhir yang tersisa, Tam, terbukti tidak berhasil, yang meninggal karena gagal organ enam bulan sebelumnya.
"Sel-sel itu masih hidup, itulah sebabnya saya cukup yakin," kata ahli biologi molekuler Muhammad Lokman Bin Md. Isa kepada CNN, Senin, 17 Agustus 2020.
Badak Sumatera pernah berkembang biak di hutan hujan dan rawa-rawa di India, Myanmar, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Cina. Jumlah mereka telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir, akibat perburuan, hilangnya habitat dan fragmentasi yang menyebabkan makhluk itu diklasifikasikan 'sangat terancam punah'.
Menurut data dari Save the Rhino, terdapat kurang dari 80 ekor badak Sumatera yang bertahan hidup, dan semuanya hidup di Pulau Sumatera dan Kalimantan, Indonesia. "Jika Anda tidak memiliki sel, atau hanya memiliki jaringan yang tidak hidup lagi, kami tidak dapat melakukan apa pun, kita hanya bisa menaruhnya di buku atau museum. Tapi sekarang kami memilikinya, yang bisa kami gunakan," kata Lokman.
Selain mengumpulkan jaringan otak, jantung, paru-paru, dan ginjal, ilmuwan juga memanen sel induk, yang dapat diubah menjadi sejumlah sel khusus, termasuk sel telur dan sperma. Mereka akan membuat embrio menggunakan sel induk Tam dan Iman dan menanamkannya ke badak pengganti, baik badak Sumatera lain atau betina dari spesies lain.
Pendekatan in-vitro serupa sedang dicoba pada badak putih utara, spesies badak paling langka, karena hanya ada dua badak putih utara yang hidup, dan keduanya betina. Untuk memaksimalkan peluang keberhasilannya, Lokman dan tim juga mengambil telur hewan pengganti, membuang nukleus, dan menggabungkannya dengan sel-sel somatik, atau non-reproduksi, dari badak yang mati.
Selalu ada risiko yang tidak dapat diambil dari implantasi, atau kehamilan akan gagal setelah embrio ditanamkan. Bahkan jika anak badak bertahan hidup, kurangnya keragaman genetik berarti ia dapat menghadapi masalah kesehatan jangka panjang yang serius.
Namun, Lokman mengatakan dia merasa senang dengan peluang itu. "Jika semuanya berfungsi, bekerja dengan baik dan semua orang mendukung kami, itu bukan tidak mungkin," kata dia kepada Reuters.
Badak Sumatera merupakan badak terkecil di dunia, makhluk soliter, yang berkumpul hanya untuk kawin dan membesarkan keturunan. Lahir dengan rambut halus coklat kemerahan yang berubah menjadi kasar dan hitam seiring bertambahnya usia. Mereka lebih dekat hubungannya dengan badak berbulu yang punah daripada spesies lain yang hidup saat ini.
Badak tersebut memiliki sedikit predator alami yang menjadi lawannya, tapi telah diburu hingga hampir punah untuk diambil tanduknya, yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Saat ini, hanya ada lima spesies badak yang tersisa di Bumi, semuanya terancam punah, dan badak hitam barat dinyatakan punah pada 2013, demikian dilaporkan Daily Mail, 17 Agustus 2020.
sumber: tempo.co