SUKABUMIUPDATE.com - Ledakan besar mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut, pada hari Selasa kemarin. Saking besarnya, ledakan di Beirut terasa hingga jarak 150 mil (240 kilometer) dari lokasi kejadian.
Melansir Tempo.co, ribuan orang menjadi korban di peristiwa nahas itu. Hingga berita ini ditulis, jumlah korban meninggal sudah mencapai angka 100. Sementara itu, untuk jumlah korban luka-luka, sudah mencapai ribuan.
Hingga berita ini ditulis, Pemerintah Lebanon masih menyisir lokasi ledakan. Selain untuk menyelamatkan mereka yang belum terevakuasi, juga untuk mencari penyebab ledakan. Berikut beberapa fakta terkait ledakan di Beirut yang telah dikumpulkan Tempo dari berbagai sumber:
1. Lokasi dan Waktu Kejadian
Ledakan di Beirut terjadi di kawasan pelabuhan pada pukul 18.00 waktu setempat, Selasa, 4 Agustus 2020. Kawasan tersebut dikenal sebagai lokasi padat penduduk dan dekat dengan tujuan wisata turis seperti Martyr's Square, Masjid Mohammad Al-Amin, Grand Serail, serta Istana Kepresidenan Baabda.
2. Dampak Ledakan
Secara teknis, ledakan di Beirut menimbulkan goncangan setara gempa berskala 3,3 richter. Suara ledakannya, yang begitu besar, terasa hingga ke Cyprus yang berjarak 234 kilometer dari Lebanon.
Menurut laporan aparat di lokasi, bangunan dalam radius 10 kilometer dari lokasi ledakan sudah pasti rusak. Beberapa kerusakannya mulai struktur yang rubuh hingga kaca jendela yang pecah. Beberapa bangunan penting yang rusak adalah Istana Kepresidenan Baabda dan Kedubes Australia.
3. Jumlah Korban
Hingga berita ini ditulis, Pemerintah Lebanon mengklaim jumlah korban jiwa ada 100 orang. Sementara itu, untuk korban luka-luka, ada 4 ribu orang. Salah satu korban meninggal adalah Sekretaris Jenderal Partai Kataeb, Nazar Najarian. Ketika ledakan di Beirut terjadi, Nazar Najarian tengah berada di kantornya.
Menteri Kesehatan Lebanon, Hamad Hassan, memperkirakan jumlah korban ledakan di Beirut akan terus bertambah dalam beberapa jam ke depan. Sebab, penyisiran masih berlangsung, terutama untuk mencari orang-orang yang hilang. Dari satuan pemadam kebakaran, misalnya, ada 10 petugas yang dinyatakan hilang usai ledakan di Beirut terjadi.
4. Penyebab Ledakan
Berbagai rumor sempat beredar tak lama setelah ledakan di Beirut terjadi. Awalnya, berkembang rumor ledakan berasal dari pabrik petasan. Setelah itu, Presiden Amerika Donlad Trump memanas-manasi situasi dengan mengatakan ledakan di Beirut adalah "Serangan".
Rabu pagi, Perdana Menteri Hassan Diab mengungkapkan bahwa ledakan berasal dari 2.750 ton ammonium nitrat yang disimpan di gudang selama enam tahun. Dan, di gudang tersebut, tidak ada pencegahan apapun untuk memastikan bahan peledak berkekuatan tinggi itu tidak meledak.
Walau asal ledakan sudah diketahui, pemicunya masih diselidiki. Beberapa pakar berkeyakinan bahwa ammonium nitrat bukan satu-satunya materi ledakan apabila dilihat dari warna bara api di Beirut. "Warna jingga menandakan ada bahan peledak dengan standar militer," ujar mantan agen CIA Robert Baer.
5. Upaya Penanganan
Beberapa jam setelah ledakan di Beirut terjadi, bantuan dari berbagai negara dan organisasi internasional mulai mengucur. Palang Merah, Unicef, dan Misi Perdamaian PBB juga menerjunkan personil ke lokasi untuk membantu pertolongan pertama dan evakuasi.
Pemerintah Lebanon, di satu sisi, mulai menganggarkan dana darurat untuk menangani dampak ledakan di Beirut. Dikutip dari CNN, Lebanon menganggarkan US$66 juta untuk penanganan dampak ledakan.
Sumber: Tempo.co