SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah pulau di lepas pantai Estonia telah menjadi titik pusat Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir. Saking parahnya terpaan virus corona di wilayah Estonia tersebut, penduduk setempat menjulukinya "Pulau Corona". Dilansir dari tempo.co, Pulau Saaremaa yang dijuluki Pulau Corona itu, sebelumnya, merupakan salah satu destinasi wisata uggulan Estonia, dengan ikon Kastel Kuressaare.
Seperti dilansir dari BBC News, Pulau Saaremaa berpenduduk 33.000 orang, dan setengah dari penduduknya diperkirakan menderita Covid-19. Hal tersebut disampaikan seorang dokter yang bertugas di pulau itu, Edward Laane, yang dikutip BBC News.
Dugaan kasus Covid-19 muncul di pulau itu setelah dua peristiwa besar diadakan di pulau itu pada bulan Maret. Dua event itu, berupa pertandingan bola voli pertama dengan tim Italia. Lalu yang kedua adalah festival sampanye. Sebagaimana dinukil dari Insider, lebih dari 1.000 penduduk pulau dan orang-orang dari daratan Estonia menghadiri pertandingan bola voli, dan para pejabat khawatir festival itu mungkin mempercepat penyebaran virus.
Tidak jelas persis berapa banyak orang yang dites positif Covid-19 di Pulau Saaremaa, tetapi Estonia secara keseluruhan memiliki setidaknya 1.400 kasus yang dilaporkan. Laane percaya ribuan orang di Pulau Saaremaa telah terpapar virus ini. Laane mengatakan pulau itu hanya memiliki 147 tempat tidur rumah sakit dan sekitar 1.000 orang pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit di pulau itu pada 20 April.
Pada awal April, sebuah rumah sakit lapangan militer dibuka di Pulau Saaremaa untuk membantu menangani kasus-kasus Covid-19. Menurut laporan Reuters, dan beberapa pasien telah diterbangkan ke daratan Estonia, menurut siaran publik Estonia.
Untuk membantu mencegah penyebaran virus, pemerintah Estonia menghentikan lalu lintas penumpang ke dan dari pulau itu pada pertengahan Maret. Dan Pulau Saaremaa memiliki pos-pos penghentian untuk pengujian Covid-19.
"Untuk pertama kalinya sejak pendudukan Soviet, orang perlu izin untuk masuk," kata Anu Vares, yang bekerja pada pusat krisis pulau itu, kepada BBC. "Tapi kali ini karena kehendak bebas kami untuk melindungi rakyat dan kesehatan mereka."
Sumber: Tempo.co