SUKABUMIUPDATE.com - Seorang warga lanjut usia di Cina telah menjadi sukarelawan tertua di dunia untuk menerima vaksinasi virus corona COVID-19 potensial. Dilansir dari tempo.co, Xiong Zhengxing, 84 tahun, bersama putrinya, Xiong Ying, berpartisipasi dalam percobaan kedua kandidat vaksin di Wuhan pada hari Senin, 13 April 2020.
Xiong Zhengxing meminta untuk menjadi sukarelawan setelah putrinya, yang merupakan seorang dokter anak, terpilih sebagai peserta. "Saya mendaftar untuk ayah saya setelah para peneliti memberi tahu saya bahwa tidak ada batasan usia," kata Xiong Ying, seperti dikutip laman Daily Mail, Rabu, 15 April 2020.
Vaksin, yang dikembangkan oleh pakar perang bio militer terkemuka di negara itu, adalah salah satu dari tiga vaksin potensial Cina untuk penyakit mematikan yang telah menginfeksi lebih dari dua juta orang di seluruh dunia. Semua peserta dari uji coba pertama tetap sehat dan kembali ke rumah setelah 14 hari pengamatan medis.
Para peneliti merekrut 500 sukarelawan baru setelah memulai percobaan kedua pada hari Minggu. Ada 273 peserta telah menerima suntikan pada hari Senin. Vaksin ini adalah kandidat vaksin COVID-19 pertama di dunia yang telah memasuki fase kedua uji klinis, demikian dilaporkan media pemerintah Cina, Xinhua.
"Sudah lebih dari satu hari (sejak suntikan), kami merasa baik-baik saja," Xiong Ying, sambil menambahkan, "suhu kami juga normal."
Xiong Zhengxing yang merupakan pensiunan tentara itu dianggap sebagai sukarelawan tertua di dunia untuk vaksin virus corona yang potensial. "Selama itu sesuatu yang bermanfaat bagi rakyat dan negara dan saya mampu, saya akan melakukannya," katanya kepada Pear Video.
Warga yang berusia di atas 60-an diizinkan untuk berpartisipasi dalam uji coba kedua setelah batas usia dicabut. Pasien kelompok plasebo--sebuah pengobatan yang tidak berdampak--juga diperkenalkan pada percobaan kedua untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran vaksin potensial ini.
Chen Wei, ketua peneliti, mengatakan bahwa vaksinasi perlu melindungi orang tua yang lebih rentan terhadap virus pembunuh itu. "Vaksin virus corona rekombinan berhasil dikembangkan setelah lebih dari satu bulan penelitian, termasuk studi tentang vaksin untuk Ebola," tutur dia.
Uji klinis pertama untuk vaksinasi diberikan lampu hijau pada pertengahan Maret. Sebanyak 108 orang dewasa yang sehat, berusia antara 18 dan 60, mengajukan diri untuk menerima suntikan.
Mereka dibagi menjadi tiga kelompok yang disuntik dengan jumlah vaksin inaktif yang berbeda. Semua peserta uji coba pertama telah menyelesaikan karantina 14 hari mereka dan kembali ke rumah.
Sumber: Tempo.co