SUKABUMIUPDATE.com - Dalam pengendalian virus Corona, Selandia Baru berhasil mencapai apa yang negara lain sulit dapatkan: penurunan kasus secara konsisten. Dilansir dari tempo.co, selama empat hari berturut-turut, jumlah kasus baru virus Corona (COVID-19) di Selandia Baru terus menurun. Dengan kata lain, pengendalian berhasil dilakukan.
Tak berhenti di situ, Selandia Baru juga berhasil menekan angka kematian karena Corona. Per hari ini, sejak wabah meledak, hanya ada satu korban meninggal akibat virus Corona. Selain itu, dari total 1.239 kasus, hanya 14 di antaranya yang sampai perlu dilarikan ke rumah sakit. Apa rahasianya?
"Dalam perangnya melawan virus Corona, Selandia Baru memiliki dua keuntungan yaitu geografi dan waktu," sebagaimana dikutip dari CNN, Kamis, 9 April 2020.
Dari segi geografis, Selandia Baru memiliki keunggulan karena lokasinya yang jauh dari manapun. Selain itu, tidak banyak penerbangan ke sana. Dengan kata lain, kemungkinan Selandia Baru mendapat kasus virus Corona dari kluster impor lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
"Menjadi negara berwujud pulau (yang jauh dari manapun) menjadi keunggulan kami dalam melawan virus Corona," ujar Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, sebagaimana dikutip dari CNN.
Sementara itu, dari segi waktu, Selandia Baru relatif paling belakangan menghadapi virus Corona. Kasus pertama baru muncul pada 28 Februari, sebulan setelah Amerika mengumumkan kasus pertamanya atau tiga bulan setelah wabah Corona muncul di Cina.
Jeda yang jauh direspon Selandia Baru dengan melakukan berbagai langkah pencegahan dan pengendalian secara cepat. Hal itu kontras dengan beberapa negara lainnya yang baru menyiapkan langkah pencegahan dan pengendalian ketika angka kasus sudah tinggi.
Sebagai contoh, dua pekan sejak kasus pertama muncul, Ardern langsung meminta semua pendatang dari luar negeri untuk mengisolasi diri selama dua pekan. Saat itu, kasus di Selandia baru 6 orang dan belum banyak yang melakukan hal serupa.
Selanjutnya, secara bertahap, Adern meningkatkan pembatasan sosial. Tanggal 19 Maret, Ardern melarang warga asing untuk masuk ke Selandia Baru. Empat hari kemudian, Ardern memulai lockdown. Kala itu, ada 102 kasus dan nol korban meninggal akibat virus Corona.
"Selandia Baru tak memiliki fasilitas kesehatan sebanyak negara-negara lainnya. Itulah kenapa Ardern bergerak sangat cepat," ujar pakar mikrobiologi dari Auckland University, Siouxsie Wiles.
Bagaimana dengan korban meninggal yang hanya satu orang? Selandia Baru tertolong oleh jumlah pasien muda yang lebih banyak. Dari 1.239 kasus di Selandia baru, 25 persennya adalah warga berusia 20-29 tahun. Sementara itu, 15 persennya adalah yang berusia 30-39 tahun. Pasien muda relatif lebih mudah sembuh dibandingkan yang tua.
Kembali ke Ardern, Ia menyatakan belum akan mengangkat lockdown Selandia Baru dalam waktu dekat. Makin parahnya pandemi virus Corona secara global membuat Ardern waspada. Kepada CNN, ia beranggapan bahwa terlalu cepat jika dirinya mengangkat lockdown seperti Cina ataupun Denmark demi kepentingan ekonomi.
"Jika kami bergerak terlalu cepat (mengangkat lockdown), saya khawatir yang terjadi malah langkah mundur," ujar Ardern yang menegaskan bahwa dirinya akan lebih mengutamakan nyawa dibandingkan ekonomi. Walau begitu, kata ia, bukan berarti ia akan sepenuhnya mengesampingkan faktor ekonomi di tengah pandemi virus Corona (COVID-19).
Sumber : tempo.co