SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah studi memberi harapan baru bagi lahirnya vaksin atau upaya melawan serangan virus corona. Dilansir dari tempo.co, jumlah kasus virus corona baru atau Covid-19 di tingkat global terus mengalami kenaikan dari hari ke hari. Berdasarkan data dari Worldometer hingga Minggu 29 maret 2020 jumlah kasus di seluruh dunia telah mencapai angka 662 ribu infeksi, total kematian sebanyak 30.000 kasus, dan pasien sembuh sebanyak 141 ribu kasus.
Peningkatan jumlah kasus per hari dari pandemi virus corona ini dapat menyebabkan kegelisahan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat luas. Seluruh pihak perlu berpartisipasi mengambil tindakan pencegahan penyebaran virus corona ini.
Berikut beberapa bukti penting dari kasus virus Corona baru.
1. Langkah pengendalian infeksi yang berhasil
Para peneliti dari Hong Kong telah mengevaluasi dampak wabah terhadap 43 rumah sakit umum di negaranya dan hasil yang ditemukan cukup menggembirakan. Dalam 6 pekan pertama sejak awal wabah, petugas layanan kesehatan telah menangani kasus Covid-19. Sebagai hasil dari penerapan dan praktik pengendalian infeksi, tidak ada staf kesehatan yang tertular. Kini, Hong Kong mencatatkan jumlah 519 jumlah kasus infeksi, 4 kematian, dan 111 pasien sembuh.
“Langkah pengendalian infeksi di rumah sakit yang tepat dapat mencegah penularan virus Corona baru. Kewaspadaan dalam praktik kebersihan tangan, pemakaian masker beda, penggunaan peralatan lindung adalah langkah kunci,” kata Vincent C.C. Cheng dari Quenn Mary Hospital, Hong Kong.
2. Virus dapat melindungi tubuh dari re-infeksi
Sebuah studi yang melibatkan empat kera, menunjukkan bahwa kera yang tertular virus SARS-CoV-2 (virus penyebab Covid-19) dapat melindungi diri dari infeksi ulang di masa depan. Para ilmuwan menginfeksi ulang dua dari empat monyet setelah 28 hari infeksi awal dan mereka menemukan bahwa monyet tersebut menunjukkan hasil uji coba negatif dari virus SARS CoV-2.
“Secara keseluruhan, hasil kami menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 primer dapat melindungi dari paparan berikutnya. Ini memiliki implikasi penting untuk desain vaksin dan prognosis penyakit,” kata peneliti.
Martin Bachmann, profesor vaksinologi di Jenner Institute di Oxford University mengatakan bahwa pasien yang telah positif Covid-19 akan memiliki respons antibodi yang bertahan lama. Kendati begitu, ada kasus lain yang menyebabkan tubuh tidak membuat antibodi untuk virus yang sudah masuk ke dalam tubuh.
3. Vaksin untuk Covid-19 sedang diuji coba
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah melakukan uji coba sejumlah vaksin potensial terkait wabah virus corona baru ini. Perusahaan swasta seperti Kaiser Permanente Washington Health Research Institute di Seattle, Amerika Serikat juga telah melakukan uji coba terhadap 45 relawan yang akan menerima vaksin berisi rangkaian kode genetik dari salinan SARS CoV-2.
Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa kemungkinan dibutuhkan waktu 12-18 bulan untuk menghasilkan vaksin yang bisa digunakan masyarakat luas. Namun, mereka juga terus berupaya untuk mempercepat uji klinis vaksin yang dibutuhkan.
4. Metode lama bisa melawan Covid-19
Saran penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Clinical Investigation mengungkapkan bahwa dokter mungkin bisa menyarankan metode kuno yang disebut dengan Terapi Andibodi Pasif untuk mengobati Covid-19. Para peneliti yang menulis makalah tersebut mengatakan bahwa penempatan opsi ini tidak memerlukan penelitian atau pengembangan, karena metodenya sudah ada sejak 1930-an.
Metode ini melibatkan pengumpulan darah dari seseorang yang memilki virus dan telah pulih. Dengan menggunakan serum yang mengandung antibodi penangkal infeksi, dokter akan menyuntikkan orang lain sehingga mencegah infeksi atau membantu melawannya.
Arturo Casadevall, profesor di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health mengatakan bahwa hal ini memang bisa dilakukan, tapi membutuhkan upaya dari banyak pihak dan orang yang telah pulih penyakitnya untuk menyumbangkan darahnya.
5. Sistem kekebalan tubuh dapat mengalahkan virus
Sebuah studi kasus baru yang muncul dalam jurnal Nature Medicine, mendokumentasikan kasus pasien Covid-19 yang dinyatakan pulih dari kondisi positifnya dalam beberapa hari. Pasien itu adalah seorang wanita berusia 47 tahun yang tertular virus SARS-CoV-2. Para peneliti memeriksa respons kekebalan tubuhnya dalam upaya memahami pemulihan diri terhadap virus Corona baru.
Katherine Kedzierska, kapala laboratorium di Doherty Institute di Melbourne, Australia menemukan adanya peningkatan imunoglobulin G dalam sampel darah pasien yang sembuh itu. Mereka juga menemukan adanya peningkatan imunoglobulin M. Kedzierska dan ilmuwan lainnya juga mendeteksi sejumlah besar sel imun kunci seperti sel T pembantu khusus, sel T pembunuh, dan sel B pada kurun waktu 7-9 hari setelah timbulnya gejala dari penyakit Covid-19.
Sumber : tempo.co