SUKABUMIUPDATE.com - Konflik dan ancaman perang Iran dan Amerika mengingatkan kembali ke sebuah masa di musim semi 2000, sekitar 20 tahun lalu. Saat itu seorang pria Rusia bernama Boris Zhurid melakukan sebuah penjualan atas sekawanan lumba-lumba. Ini bukan lumba-lumba biasa karena bertahun-tahun sebelumnya, Zhurid telah melatihnya untuk membunuh.
Media BBC menyebut Zhurid melatih mamalia laut itu untuk kebutuhan militer Angkatan laut Uni Soviet. Sebanyak empat lumba-lumba dilatih mengidentifikasi dan menyergap penyelam ataupun kapal perang dan selam milik musuh dalam sebuah misi serangan bom atau ranjau bunuh diri alias kamikaze di bawah laut.
Ketika pendanaan untuk proyek lumba-lumba pembunuh itu dihentikan--dan program ditransfer ke Angkatan Laut Ukraina--Zhurid membawa kawanan lumba-lumba nya ke dolphinarium pribadi di Semenanjung Crimea. Di sana lumba-lumba menjadi tontonan untuk turis hingga akhirnya Zhurid tidak mampu lagi memelihara kawanan lumba-lumbanya itu.
"Saya tidak tega melihat hewan-hewan saya kelaparan," kata Zhurid kepada harian Rusia, Komsomolskaya Pravda, "Kami kehabisan obat-obatan senilai ribuan dollar dan tidak punya lagi ikan atau suplemen makanan."
Jadilah Zhurid terpaksa menjual kawanan lumba-lumba kesayangannya itu--bersama juga walrus, singa laut, seekor paus beluga putih--ke sebuah osenarium di Iran yang, menurut BBC, para pelatih bisa melanjutkan risetnya di sana. Zhurid tak blak-blakan apa yang akan dia dan 'tentara' bayarannya kerjakan di tempat yang baru tersebut.
Dia hanya mengatakan kepada Komsomolskaya Pravda, "Saya siap untuk bertemu Allah atau bahkan iblis sekalipun sepanjang hewan-hewan saya baik-baik saja." Hingga saat ini tak banyak yang tahu dengan apa yang terjadi dengan kawanan lumba-lumba itu di Teluk Persia sejak transaksi Maret 2000 itu.
Lumba-lumba, seperti diketahui bisa hidup hingga lebih dari 50 tahun. Ini artinya, mereka yang pernah dilatih untuk menjadi pembunuh tersebut sangat mungkin masih hidup. "Zhurid bisa juga telah melatih lebih banyak lumba-lumba untuk menyerang kapal-kapal pelayaran negara Barat," kata Blake Stilwell dari military.com berspekulasi.
Sumber : tempo.co