SUKABUMIUPDATE.com - Thailand menyarankan para biksu yang mengalami obesitas untuk melakukan diet, meski hal itu agak sulit juga dilakukan.
Namun, apa yang menyebabkan para biksu ini mengalami obesitas yang mendorong terjadi penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, katarak, dan osteoatritis di lutut. Pengetahuan mereka dianggap kurang tentang masalah ini.
Menurut laporan CNN, ada sejumlah faktor jadi penyebab biksu obesitas, namun yang terbanyak adalah rutinis pagi dan perubahan jenis makanan yang diberikan umat Budha kepada mereka.
Umat Budha biasanya ingin memberikan sesuatu yang bernilai tinggi kepada biksu dan begitu juga dengan makanan yang diberikan. Misalnya makanan mengandung kalori tinggi, baik itu makanan olahan pabrik atau buatan sendiri, pemanis, dan soda.
Para biksu tidak dapat menolak pemberian mereka.
Alhasil, data terbaru menunjukkan, jumlah biksu yang menderita obesitas lebih besar dari pada jumlah pria Thailand secara keseluruhan. Jika Biksu yang menderita obesitas mencapai 48 persen, maka pria Thailand yang mengalami obesitas sekitar 39 persen.
Dalam aturan yang berlaku di semua biksu di Thailand, setiap biksu dilarang makan makanan apapun setelah jam 12 malam. Jam makan mereka hanya dua kali dalam sehari, jam 6 pagi dan siang.
Setelah itu mereka hanya boleh minum atau mengemil. Sehingga mereka sering minum-minuman dengan pemanis dengan isi perut yang masih penuh.
Menurut Profesor Jongjit Angkatavanich, ahli diet dan nutrisi yang sudah meneliti tentang biksu Thailland selama 8 tahun terakhir, menyebut masalah obesitas ini sebagai bom waktu.
Saat ini, sejumlah biksu mengalami penyakit diabetes. Kaki mereka diamputasi dan muncul di ruang publik.
Untuk mengatasi masalah obesitas di kalangan biksu, pemerintah Thailand melakukan pemeriksaan berkala di kuil-kuil di seluruh Thailand, khususnya di Bangkok.
"Kami memiliki 454 kuil di Bangkok, dengan sekitar 16 ribu biksu," kata Somchai Teetpsatit, direktur Divisi Promosi Kesehatan untuk Pemerintahan Metropolitan Bangkok, seperti dikutip dari CNN.
Seorang biksu berusia 17 tahun dari provinsi di selatan Thailand dan tinggal di kuil di Yannawa hampir 9 tahun lamanya, menyatakan dukungan terhadap pembelajaran tentang nutrisi.
"Ini bagus karena hal itu membuat saya sadar tentang diet. Saya telah mengubah kebiasaan diet saya dengan mengganti minuman manis dengan air," ujar Phupha Srichalerm, biksu muda itu.
Thailand berharap dengan program ini akan mengurangi jumlah biksu menderita obesitas dan diabetes.
SUMBER: TEMPO.CO