SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Kesehatan Thailand Piyasakol Sakolsatayadorn memerintahkan dilakukan sebuah investigasi menyusul klaim seorang pasien HIV yang sembuh berkat minyak ganja. Pasien itu menderita sakit AIDS selama lebih dari 20 tahun.
Piyasakol mengatakan sampai sekarang belum ada penelitian yang mengindikasikan kalau ganja bisa digunakan untuk penyembuhan HIV. Virus HIV adalah penyebab immune deficiency syndrome atau AIDS.
Dikutip dari asiaone.com, Kamis, 30 Mei 2019, Kementerian Kesehatan Thailand menginstruksikan Kepala Kesehatan Publik Provinsi Phetchabun untuk menemukan fakta-fakta terkait kabar ini.
"Kami tidak berusaha mencari kesalahan, kami hanya ingin melihat kebenaran apakah ini benar. Kalau iya, maka ada beberapa manfaat yang bisa diambil," kata Piyasakol.
Sebelumnya muncul sebuah laporan media ada seorang pasien HIV AIDS yang sudah dalam posisi terbaring di provinsi Phetchabun, memperlihatkan tanda - tanda sembuh setelah mengkonsumsi minyak ganja selama tiga pekan.
Pasien HIV yang berjenis kelamin perempuan dan dirahasiakan nama itu, sekarang sudah bisa bicara dan bergerak bebas. Dia bahkan tidak perlu lagi bergantung pada orang lain untuk melaksanakan aktivitasnya.
Ilustrasi ganja. REUTERS/Blair Gable
Menurut Piyasakol, ganja bisa mengurangi rasa sakit dari penyakit tertentu. Akan tetapi, belum ada penelitian yang membuktikan ganja bisa menyembuhkan penyakit HIV.
Praphan Phanuphak, Direktur Pusat Bantuan Palang Merah Thailand mengatakan sejauh ini belum ada informasi kalau ganja bisa menyembuhkan HIV. Dia menduga minyak ganja hanya membuat pasien HIV di Provinsi Phetchabun merasa lebih nyaman.
"Saya bisa konfirmasi kalau tidak ada yang lebih baik dari obat anti-retroviral dalam merawat pasien HIV AIDS. Anda bisa menempatkan diri Anda dalam bahaya. Obat herbal hanya bisa digunakan sebagai tambahan, bukan obat utama dalam pengobatan," ujarnya.
Di Thailand, seluruh pasien HIV mendapatkan obat anti-retroviral berapa pun jumlah sel sehat dalam sistem kekebalan tubuh mereka. Dampaknya, jumlah kematian akibat HIV AIDS di Thailand terbilang rendah. Hal ini dibantu pula dengan upaya sejumlah kelompok sipil atau nirlaba yang memantau penderita HIV.
Sumber: Tempo