SUKABUMIUPDATE.com - Aktris pemenang Piala Oscar, Angelina Jolie, menyuarakan pelibatan perempuan dalam proses perdamaian di Afganistan.
Aktris Hollywood ini juga mengatakan ini perlu dilakukan untuk mengakhiri konflik di Afganistan saat berpidato dihadapan menteri dan diplomat di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Jumat, 29 Maret 2019.
“Ada ribuan perempuan Afganistan baru-baru ini berkumpul dengan mengambil risiko terhadap keselamatan mereka meminta hak-hak mereka dan hak-hak anak-anak mereka terjamin di dalam proses negosiasi, yang hingga kini mereka tidak terlibat di dalamnya,” kata Jolie dalam pertemuan membahas perdamaian di tingkat menteri seperti dilansir Reuters pada Jumat, 29 Maret 2019.
Saat ini, proses pembicaraan damai antara pemerintah Amerika Serikat dan Taliban sedang berlangsung sejak akhir 2018. Namun, sejumlah perempuan merasa khawatir kebebasan mereka akan dikurangi lagi setelah Taliban dijatuhkan oleh pasukan Afganistan dukungan AS pada 2001. Mereka mengeluhkan aspirasi mereka dipinggirkan.
“Reaksi diam komunitas internasional sangat mengkhawatirkan,” kata Jolie, yang merupakan utusan khusus untuk lembaga penanganan pengungsi UNHCR. Dia mulai aktif menangani isu pengungsi ini sejak 18 tahun lalu.
“Tidak bakal ada perdamaian dan stabilitas di Afganistan atau dimanapun di dunia jika hak-hak perempuan diabaikan.”
Menurut Inspektur Jenderal Khusus AS untuk Rekonstruksi Afganistan ketua tim negosiasi Taliban mengatakan mempertimbangkan kebijakan lebih longgar untuk perempuan. Namun, konstitusi yang mengatur hak-hak perempuan menjadi salah satu hambatan dalam proses perdamaian.
Jolie juga menyebut peran penting AS sebagai bagian dari komunitas internasional setelah penarikan diri AS oleh Presiden Donald Trump dari sejumlah lembaga PBB dan perjanjian global. Ini membuat sejumlah negara merasa khawatir akan komitmen AS terhadap multilateralisme.
“Saya seorang patriot, saya mencintai negara saya, dan saya ingin melihatnya berkembang. Saya juga percaya AS bagian integral dari komunitas internasional. Negara-negara bekerja sama secara sejajar merupakan cara mengurangi risiko konflik,” kata Jolie.
Dia juga mengatakan,”Semua lelaki dan perempuan dilahirkan secara bebas dan sejajar tidak bisa menjadi nyata jika prinsip ini tidak dibela untuk semua orang dimanapun mereka hidup.”
Menurut analis politik Intizar Khadim, seperti dilansir Aljazeera, generasi muda Afganistan menginginkan pembangunan ekonomi terjadi pasca pembicaraan damai.
“Jika pemerintah Afganistan dan komunitas internasional termasuk Taliban bertanggung jawab membangun institusi untuk pembangunan ekonomi, saya pikir ini bisa terwujud,” kata analis politik Moraa University.
Sumber: Tempo