SUKABUMIUPDATE.com - Keluarga teroris penembakan di Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant, meminta maaf dan turut berdukacita kepada para korban. Keluarga mengatakan aksi Brenton tidak bisa diperbaiki.
Dikutip dari laporan Sydney Morning Herald, 17 Maret 2019, nenek Brenton Tarrant, Marie Fiztgerald yang berusia 81 tahun, mengatakan dirinya dulu merawat Brenton dan adik perempuannya ketika masih kecil. Marie mengatakan Tarrant kecil adalah bocah biasa yang sering menghabiskan waktu di depan komputer.
"Tapi aksi yang tidak bisa diperbaiki pada hari Jumat memperlihatkan bagaimana dirinya berubah total dari bocah yang kita kenal selama ini, membuat keluarga terkejut," kata Fitzgerald selama wawancara dengan Nine News.
Tarrant menyiarkan serangan terornya ke media sosial. Dia menembak orang-orang di dua masjid di Christchurch dengan senapa otomatis setelah mengunggah manifesto-nya ke media online. Aksi terornya menewaskan 50 orang dan puluhan lainnya luka kritis.
Pamannya, Terry Fitzgerald, mengatakan dia tidak bisa memikirkan apapun selain para korban.
"Kami sangat berduka kepada keluarga di sini, untuk yang meninggal dan terluka," katanya.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan dia tidak tertarik membaca manifesto setebal 37 halaman yang menyebar dengan cepat di media sosial, dan menyebut manifesto itu "payah".
Tetapi dia dan Pemimpin Oposisi Bill Shorten telah meminta perusahaan media sosial seperti Facebook untuk menindak konten yang penuh kekerasan dan kebencian setelah aliran langsung serangan itu menyebar.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, yang mengunjungi komunitas Muslim pada hari Minggu, mengatakan dia akan membahas dengan Facebook kemungkinan larangan streaming live Facebook di Selandia Baru.
Namun perhatian PM Selandia Baru difokuskan terutama pada undang-undang senjata yang memungkinkan Brentron Tarrant membeli dua senapan semi-otomatis dengan lisensi sebelum ia memodifikasi secara ilegal, yang digunakannya selama penembakan di Christchurch.
Sumber: Tempo