SUKABUMIUPDATE.com - Seorang guru warga Pakistan, Naeem Rashid menjadi pahlawan dalam serangan teroris di Selandia Baru kemarin. Ratusan umat Muslim sedang salat Jumat di dua masjid di kota Christchurch ketika pelaku teror menembaki mereka secara membabi buta.
Rashid yang berprofesi sebagai guru di Christchurh, bergulat dengan pelaku teror, Brenton Tarrant yang saat itu menembaki orang-orang yang berada di dalam masjid Al Noor .
Pria asal Abbottabad, Pakistan berusaha melumpuhkan Tarrant demi melindungi orang-orang yang berada di dalam masjid.
Rashid terluka parah akibat tembakan teroris Tarrant. Ia dilarikan ke rumah sakit. Namun, nyawanya tak tertolong. Rashid meninggal kemarin malam.
Tragis, anak Rashid berusia 21 tahun bernama Talha, tewas dalam serangan teror yang dilakukan Tarrant.
Saudara laki-laki Rashid, Khursheed Alam membenarkan kematian saudaranya dan keponakannya dalam serangan teror di masjid Al Noor.
Komisi Tinggi Pakistan di Wellington menjelaslkan ada empat warga Pakistan terluka dan 5 lainnya hilang dalam serangan teror saat salat Jumat kemarin.
Seorang penyintas lainnya, Syed Mazharuddin menjelaskan, seorang pria menjadi pahlawan dalam serangan teror di masjid Linwood saat salat Jumat kemarin.
Mazharuddin tidak menyebut identitas pahlawan dalam serangan teroris di Selandia Baru. Dia menyaksikan beberapa detik setelah masjid Linwood diserang, pria itu berusaha mencegah pelaku teror menyerang dan kemudian berhasil mengambil satu senjata pelaku teror.
"Dia melihat peluang dan menonjok dan mengambil senjatanya," kata Mazharuddin, seperti dikutip dari Daily Mail, 16 Maret 2019.
Pria itu, Mazharuddin melanjutkan, berusaha mengejar pelaku teror dengan membawa senjata yang berhasil diambilnya. Namun dia tidak dapat menemukan pelatuk pistol.
"Dia berlari mengejar pelaku tetapi ada orang yang menunggunya di mobil dan melarikan diri," kata Mazharuddin.
Serangan teroris di Selandia Baru dikutuk oleh masyarakat internasional dan para pemimpin dunia. Sebanyak 49 orang tewas dan puluhan orang terluka termasuk anak-anak.
Sumber: Tempo