SUKABUMIUPDATE.com - Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus mengkhawatirkan pertumpahan darah terjadi di Venezuela, sehingga dia menolak untuk mendukung Nicolas Maduro atau Juan Guaido karena akan menambah parah situasi di negara Amerika Latin itu.
"Apa yang menakutkan saya? Pertumpahan darah. Masalah kekerasan ini menakutkan saya. Setelah segala upaya dibuat di Kolumbia, apa yang terjadi di akademi kepolisian mengerikan. Pertumpahan darah tidak menyelesaikan apapun," kata Paus Fransiskus dalam pesawat yang membawanya pulang ke Vatikan dari kunjungannya ke Pamama, seperti dikutip dari Reuters, Senin, 28 Januari 2019.
Paus mengingatkan tentang serangan bom ke akademi kepolisian di Bogota, Kolombia yang menewaskan 21 orang. Pemerintah Kolombia menyalakan kelompok pemberontak ELN, padahal kedua belah pihak sudah membahas pembicaraan damai dengan pemerintahan sebelumnya.
Kekhawatiran itu yang membuat Paus menolak untuk memilih apakah mendukung presiden Venezuela Nicolas Maduro atau pemimpin oposisi Juan Guaido.
"Saat ini, saya mendukung semua rakyat Venezuela karena mereka yang menderita. Saya menderita dengan apa yang terjadi di Venezuela," ujarnya menjawab pertanyaan jurnalis Meksiko tentang sikap Paus sebagai Paus yang berasal dari Amerika Latin.
"Jika saya mengatakan, dengarkan negara ini atau dengarkan negara itu... Saya akan meletakkan diri saya dalam peran yang tidak saya ketahui, maka hal itu akan membuat kelalaian dalam pastoral saya dan saya akan membuat kerusakan," ujar Paus.
Krisis terparah dalam sejarah Venezuela membuat dunia terbelah antara mendukung Maduro atau Guaido.
Amerika Serikat, Kanada, sekutunya Uni Eropa dan sebagian besar negara Amerika Latin menuding Maduro melakukan kecurangan dalam pemilu pada Mei lalu.
Pada hari Minggu, Israel dan Australia bergabung dengan negara-negara lain untuk mendukung Guaido. Sebelumnya Rusia, Cina, Turki berada di pihak Guaido.
Paus Fransiskus berasal dari Argentina. Beberapa tahun lalu, Vatican bersama dengan sejumlah pemimpin negara Eropa dan Aerika Latin berusaha memediasi Maduro dengan kelompok opsisi Venezuela, namun gagal.
Sumber: Tempo