SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan Rusia mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir apung yang dijuluki "Chernobyl apung".
Jika proyek ini berhasil maka akan membuka jalan bagi reaktor nuklir sejenis untuk bisa dioperasikan di mana pun di dunia.
Dilansir dari Mirror.co.uk, proyek tersebut dilaporkan bernilai 70 juta Poundsterling atau Rp 1,3 triliun dan dinamai Akademik Lomonosov. Akademik Lomonosov saat ini berlabuh di kota pelabuhan Murmansk di barat laut Murmansk, Rusia.
Para ilmuwan telah mengkonfirmasi mereka telah berhasil memulai reaktornya sebelum memindahkannya.
Kapal besar itu berukuran panjang 144 meter dan lebar 30 meter dengan berat 21.500 ton.
Akademik Lomonosov dilaporkan mampu menghasilkan sekitar 70 megawatt listrik, cukup untuk menggerakkan kota dengan populasi sekitar 100.000 penduduk.
"Ini adalah terobosan yang jelas dalam energi nuklir. Rusia adalah negara pertama yang membuat teknologi ini. Ini memiliki potensi yang sangat baik," kata Pavel Ipatov, Deputi Direktur operator pembangkit listrik tenaga nuklir Rusia Rosenergoatom.
Diperkirakan "Chernobyl apung" akan dapat beroperasi selama 40 tahun dan akan menjalani pemeriksaan teknis setiap 12 tahun.
Reaktor nuklir sekarang akan mengapung 4.264 kilometer dari Murmansk ke kota Pevek, wilayah paling utara Rusia, di wilayah Chukotka.
Vitaly Trutnev, Kepala Bangunan dan Eksploitasi dari Departemen Stasiun Nuklir Apung Rosenergoatom, mengatakan kapasitas potensial dari stasiun nuklir apung lebih tinggi dari yang dibutuhkan di Pevek.
"Tapi itu adalah pusat besar dan stasiun nuklir terapung akan menyediakan pengembangan untuk seluruh kawasan," kata Vitaly Trutnev.
Menurut laporan, negara-negara Asia Selatan dan Afrika tertarik dengan teknologi ini dan mungkin memesan stasiun nuklir apung untuk digunakan di masa depan.
Laporan menunjukan Akademik Lomonosov akan memberi daya listik untuk seluruh barat laut wilayah Chukotka dengan lima tambang emas yang terletak di sana.
Kota Pevek adalah salah satu pelabuhan terpenting dan pusat transportasi di wilayah tersebut.
Wilayah ini saat ini mendapat energi dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bilibino yang terletak di utara Rusia dan akan ditutup tahun depan.
Sumber: Tempo