SUKABUMIUPDATE.com - Lembaga Survei Arkeologi India atau ASI melarang muslim warga bukan setempat bersembahyang di masjid dalam area Taj Mahal setiap hari kecuali hari Jumat.
Adapun untuk warga Muslim setempat dibolehkan bersembahyang di dalam masjid di area Taj Mahal setiap Jumat pada siang hari hingga jam 2 sore tanpa membayar tiket masuk.
Menurut pejabat ASI, larangan ini merupakan pelaksanaan dari putusan Mahkamah Pengadilan pada Juli lalu.
Sebelum larangan ini muncul, warga bukan penduduk setempat diperbolehkan berdoa kapan saja selain hari Jumat dengan membeli tiket masuk pengunjung Taj Mahal.
Pemerintah setempat sudah lebih dulu memberlakukan larangan Muslim bukan warga setempat bersembahyang di dalam masjid dengan alasan keamanan.
Selain mengeluarkan larangan, ASI pada hari Minggu juga menutup keran air yang digunakan umat Muslim untuk membersihkan diri sebelum bersembahyang. Sejumlah turis dan pelajar pun kecewa dengan larangan yang dikeluarkan ASI.
"Tidak logis alasan di balik penutupan pintu-pintu masjid bagi umatnya," kata seorang pelajar yang datang untuk bersembahyang pada hari Minggu, 4 November 2018 seperti dikutip dari Times of India.
Selain itu, ASI juga hanya membolehkan imam dan staf masjid datang pada hari Jumat.
Presiden Komite Intezamia Taj Mahal, Syed Ibrahim Hussain Zaidi memprotes larangan ASI. Menurutnya, tidak ada alasan untuk menghentikan orang-orang untuk bersembahyang di masjid, tradisi yang masih dijalankan.
Menurut Zaidi, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah saat ini bersikap anti-Muslim. Ia akan menemui pejabat ASI untuk membahas isu ini pada hari Senin, 5 November 2018.
Pemerintahan distrik Agra pada Januari 2018 telah lebih dulu melarang orang yang bukan warga setempat bersembahyang Jumat di masjid di area Taj Mahal. Larangan ini muncul menyusul keluhan yang menyebut orang luar termasuk warga Bangladesh dan non-India menggunakan jam bersembahyang sebagai dalih untuk memasuki kawasan Taj Mahal setiap Jumat.
Menurut UNESCO, Taj Mahal dibangun di tepi sungai Yamuna di bagian selatan di Agra, India antara tahun 1632 hingga 1653 oleh Mughal Shan Jehan untuk mengenang istrinya, Mumtaz Mahal.
Sumber: Tempo