SUKABUMIUPDATE.com - Penculikan lebih dari 10 anggota militer Iran oleh kelompok separatis Jaish al-Adl, pada Selasa, 16 Oktober 2018, menjadi pukulan bagi dunia militer. Penculikan terjadi saat kelompok bersenjata itu melakukan penyerangan ke pos perbatasan Iran-Pakistan di kota Mirjaveh, Provinsi Sistan-Baluchestan, Iran, sekitar pukul 04.00 pagi.
Hingga Rabu, 17 Oktober 2018, Teheran masih menekan pemerintah Pakistan agar turun tangan membebaskan pasukan militernya dari penculikan. Kasus ini setidaknya menunjukkan bahwa pasukan militer pun tak luput dari ancaman penculikan. Berikut tiga kasus penculikan yang pernah alami oleh anggota militer dari sejumlah negara:
1.Penculikan tentara Amerika Serikat di Afganistan
Bowe Bergdahl adalah tentara Amerika Serikat yang diculik oleh jaringan garis keras Haqqani yang ada di wilayah perbatasan Pakistan – Afganistan. Dia diculik saat berada di wilayah timur Afganistan pada 2009. Kelompok penculik meminta kebebasan Bergdahl ditukar dengan pembebasan lima anggota Taliban yang ditahan di penjara teluk Guantanamo. Tuntutan para penculik ini dikabulkan pemerintahan Presiden Barack Obama dan pada 2014, Bergdahl dibebaskan.
Namun setelah bebas dari penculikan, Bergdahl harus menghadapi tuntutan hukum di Amerika Serikat. Sebab selama dalam penculikan, Bergdahl telah mengajarkan pada para penculiknya cara meracik bom. Pada 2017, Bergdahl mengaku bersalah.
2. Penculikan tentara India
Kasus penculikan dialami oleh Aurangzeb, seorang tentara Angkatan Darat India pada Juni 2018. Dikutip dari ndtv.com, Aurangzeb diculik oleh kelompok teroris dari distrik Jammu dan Kashmir pada 5 Juni 2018 saat dia hendak berangkat sholat idul fitri 2018. Proses penculikan hanya berlangsung beberapa jam. Jasad Aurangzeb ditemukan oleh tim kepolisian sekitar 10 kilometer dari kota Kalampora, distrik Pulwama, India, tempat dia diculik.
3. Penculikan tentara dan polisi Kolombia
Kelompok pemberontak Marxist ELN menculik empat tentara, tiga aparat kepolisian dan dua warga sipil. Proses negosiasi membutuhkan waktu hingga 17 bulan sebelum akhirnya para penculik menyerah dan melepaskan para sandera. Dikutip dari Reuters pada Agustus 2018, Presiden Kolombia, Iván Duque Márquez, mengatakan pihaknya tidak akan tinggal diam atas diintimidasi para penculik atau tindak penculikan yang dijadikan sebuah mekanisme untuk meneror Kolombia.
Sumber: Tempo