SUKABUMIUPDATE.com - Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan meninggal karena penyakit yang dideritanya. Diplomat kawakan asal Ghana meninggal hari ini, 18 Agustus 2018 dalam usia 80 tahun.
Kabar kematian peraih Nobel Perdamainan tahun 2001 ini muncul di akun Twitter badan PBB untuk isu imigran, IOM dan kemudian tweet keluarga di akun Twitter almarhum.
"Hari ini kami berduka kehilangan seorang pria hebat, seorang pemimpin, dan seorang visioner: mantan @Sekretaris Jenderal PBB @KofiAnnan," tweet IOM.
Menurut laporan Guardian, keluarga Annan membenarkan kabar kematian tersebut. Menurut keluarga, Sekretaris Jenderal ke 7 periode 1997-2006 ini meninggal dalam damai setelah menderita penyakit beberapa saat.
Aljazeera melaporkan Annan meninggal di Bern, Swiss.
"Ini kesedihan besar bahwa keluarga Annan dan Kofi Annan Foudnation mengabarkan Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal PBB dan peraih Nobel Perdamaian, meninggal dalam damai pada hari Sabtu 18 Agustus setelah menderita penyakit," demikian pengumuman dari akun Twitter Annan.
Kofi Annan lahir di Kumasi, Ghana pada tanggal 8 April 1938. Dia merupakan staf UN yang menapaki karirnya hingga menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB.
Setelah selesai menjabat sebagai sekretaris jenderal PBB, Annan mendirikan yayasan, Kofi Annan Foundation. Dia juga pemimpin organisasi The Elders, organissi yang didirikan Nelson Mandela, pemimpin anti apartheid Afrika Selatan.
Annan kemudian ditunjuk mengetuai komisi independen untuk mencari cara damai menyelesaikan konflik yang dialami kelompk minoritas Rohingya di Myanmar. Pada pertengahan Maret 2017, komisi tersebut mengeluarkan laporan sementara yang merekomendasikan agar etnis Rohingya mendapatkan kewarganegaran oleh Myanmar. Komisi juga menyerukan agar seluruh kamp pengungsi di Rakhine dututup.
Ia sebelumnya ditunjuk untuk memimpin penyelesaian masalah perang saudara di Suriah.
Sebelum memasuki karir di PBB, Kofi Annan menjadi figur pemimpin di organisasi-organisasi yang bertujuan membangun Afrika termasuk memimpin Africa Progres Panel dan Alliance for a Green Revolution in Africa atau AGRA.
Sumber: Tempo