SUKABUMIUPDATE.com - Presiden Turki, Tayyip Erdogan, meminta masyarakat Turki agar menjual emas dan mata uang dollar Amerika Serikat agar mendukung penguatan mata uang lira. Mata uang Turki itu terpuruk setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memperkeruh hubungan dengan Turki dengan menaikkan dua kali lipat tarif impor logam.
Dikutip dari Reuters pada Sabtu, 11 Agustus 2018, mata uang lira terus menurun akibat pengaruh kekhawatiran kebijakan moneter Presiden Erdogan dan memburuknya hubungan Turki dengan Amerika Serikat.
Puncaknya, pada Jumat, 10 Agustus 2018, lira anjlok hingga 18 persen atau terbesar sejak 2001 saat Turki mengalami krisis keuangan. Sepanjang 2018, lira sudah turun 40 persen atau rekor terendah setelah Presiden Trump mengumumkan akan menghukum Ankara karena memperburuk sengketa dengan menaikkan tarif impor 20 persen alumunium dan 50 persen baja dari Turki.
"Lira anjlok dengan sangat cepat dan dollar kita menguat. Hubungan kita dengan Turki tidak baik saat ini," kata Trump.
Presiden Erdogan di hadapan para pendukungnya mengatakan setelah gagal melakukan kudeta militer dua tahun lalu, pihaknya kini diserang dengan sejumlah cara baru setelah dia terpilih kembali menjadi Presiden Turki dua bulan lalu. Tanpa menyebut nama negara tertentu, Ankara sangat yakin percobaan kudeta militer 2016 lalu dikoordinir oleh seorang ulama yang sekarang berlindung di Amerika Serikat.
Kenaikan tarif impor hingga dua kali lipat ini adalah pukulan telak bagi Turki yang diberlakukan pada Maret untuk baja dan alumunium. Gedung Putih mengatakan berdasarkan undang-undang perdagangan, seorang Presiden Amerika Serikat memiliki otorisasi kepada otoritas berwenang untuk menjatuhkan sanksi dengan menaikkan tarif demi keamanan nasional.
Sumber: Tempo