SUKABUMIUPDATE.com - Amerika Serikat hari ini menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran. Presiden Donald Trump menggunakan sanksi untuk menekan Iran agar mau berunding untuk mengakhiri program senjata nuklirnya.
Untuk sanksi kali ini, negara-negara Eropa tidak mendukung AS dalam penjatuhan sanksi terhadap Iran. Eropa memilih bekerja sama dengan Iran dan fokus pada penyelesaian masalah denuklirisasi yang disepakati oleh enam negara, namun AS memutuskan mundur pada Mei tahun 2015. Kesepakatan itu dinamai Joint Comprehensive Plan of Action ataau JCPOA.
Berdasarkan laporan Reuters, Trump berencana menjatuhkan sanksi berat untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan.
"AS berkomitmen penuh untuk mendorong semua sanksi dan kami akan bekerja erat dengan negara-negara yang menjalankan bisnis dengan Iran untuk memastikan semuanya patuh. Individu atau entitas yang gagal menghentikan aktivitas bisnisnya dengan Iran akan beresiko menderita sebagai konsekwensinya," kata Trump dalam pernyataannya seperti dikutip dari CNN, Senin, 6 Agustus 2018.
Seorang pejabat senior menegaskan bahwa kebijakan AS menjatuhkan sanksi bukan untuk mengganti rezim berkuasa di Iran, melainkan untuk memperbaiki tingkah laku penguasa negara itu.
Penasehat keamanan Gedung Putih, John Bolton beberapa jam sebelum pemberlakuan sanksi mengatakan Iran seharusnya menaruh perhatian atas keinginan Trump untuk bernegosiasi.
"Mereka dapat menerima tawaran negosiasi presiden dengan mereka untuk menyerah pada program rudal balistik mereka dan program senjata nuklir secara keseluruhan dan sangat dapat diverifikasi," ujar Bolton kepada Fox News.
Trump sejak awal menjalankan pemerintahannya telah mendesak Iran agar membuka akses untuk memastikan tidak ada lagi aktivitas pembangunan senjata nuklir atau rudal balistik.
Trump bahkan mengatakan dana yang diberikan atas nama JCPOA telah digunakan Iran untuk membangun kekuatan rudal nuklirnya, mendanai terorisme, dan memanasi konflik di Timur Tengah dan lainnya.
Berbeda dengan Trump yang belum memepercayai Iran dalam hal negoasisasi yang dilakukan di bawah naungan JCPOA, negara-negara Eropa sebaliknya mempercayai niat baik Iran. Bahkan Eropa sepakat mempersiapkan gugatan hukum jika sanksi Iran akan berdampak pada perusahaan-perusahaan Eropa yang berbisnis dengan Iran saat ini.
Meski sanksi ekonomi diberlakukan mulai pukul dini hari jam 12 waktu Amerika, namun Trump masih membuka pintu untuk para pemimpin Iran guna berunding tanpa syarat pendahuluan apapun.
Di dalam negeri, rakyat Iran telah diingatkan untuk bersiap menghadapi sanksi AS. Iran baru saja mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan perdagangan menggunakan emas atau benda berharga lainnya. Sementara mata uang Iran, rial mengalami pelemahan mencapai 44.000 per dolar AS. Januari lalu, rial masih berkisar 36.099 terhadap dolar AS.
Sanksi AS terhadap Iran akan menarget Bank Sentral Iran, sejumlah pelabuhan , pengapalan , dan bangunan sektor perkapalan, dan layanan asuransi dan keuangan.
Sanksi AS diperkirakan akan menambah buruk situasi ekonomi dan politik Iran yang saat ini juga mengalami gejolak di dalam negeri yang ditandai dengan unjuk rasa besar-besaran warga Iran pada akhir pekan lalu.
Presiden Iran Hassan Rouhani dalam pernyataannya di televisi pemerintah pada hari Senin, 6 Agustus 2018, mengatakan dirinya menyambut digelarnya pembicaraan dengan tanpa syarat apapun. Iran menyalahkan AS dengan mundur dan keluar dari dialog JCPOA.
"Jika di sana ada ketulusan, Iran selalu menyambut dialog dan negosiasi. Saya tidak memiliki syarat apapun. Jika pemerintah AS ingin, mari bicara sekarang ini juga," kata Rouhani menanggapi sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Iran.
Sumber: Tempo