SUKABUMIUPDATE.com - Bagi sejumlah anak muda Azerbaijan nama Indonesia tidak asing setidaknya ketika 10 jurnalis Indonesia berkunjung ke Pusat Studi Bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Asing Azerbaijan di Baku, awal Juni lalu.
Anak muda Azerbaijan mempraktekkan kemampuan mereka berbahasa Indonesia saat sesi tanya jawab dengan didampingi beberapa pengajar mereka. Ali Askard menuturkan, dia menyukai bahasa Indonesia dan bercita-cita jadi diplomat untuk membangun hubungan yang lebih baik antara Azerbaijan dan Indonesia.
Ali bahkan pernah belajar menari di Solo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Ia kemudian mengambil pendidikan bahasa dan budaya Indonesia di kampus ini.
Ezmeth, 21 tahun, duduk di semester VI jurusan Bahasa Indonesia, menuturkan berminat belajar bahasa Indonesia karena ingin ke Indonesia untuk belajar dan bekerja. Hal senada disampaikan Narmina dan dua mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia lainnya yang duduk berdampingan dengan Ezmeth.
Mahasiswa-mahasiswa ini mengatakan, lebih mudah mempelajari bahasa Indonesia daripada bahasa Azeri, bahasa resmi Azerbaijan. Mereka sebagian besar belum pernah berkunjung ke Indonesia namun merasa sudah dekat dengan banyak mendapat informasi selama kuliah.
"Bahasa Azerbaijan menurut saya lebih sulit dibandingkan bahasa Indonesia," kata Narmina kepada Tempo yang menemuinya di sela kunjungan ke ruang kelas.
Untuk memperlancar kemampuan berbahasa, para mahasiswa ini kerap mendengarkan lagu-lagu dan film kartun berbahasa Indonesia. Narmina bahkan dengan fasih menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Pusat Studi Bahasa Indonesia didirikan oleh Habib Zarbaliyev pada tahun 2007 setelah menghabiskan 36 tahun hidupnya untuk menggeluti bahasa Indonesia. Zarbaliyev merupakan lulusan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Saint-Petersburg, Rusia pada tahun 1976.
Zabarliyev yang menerima kunjungan para jurnalis Indonesia menuturkan tentang metode pembelajaran bahasa Indonesia kepada para mahasiswanya. Menurutnya, di semester satu mereka sudah mulai diajarkan berbahasa Indonesia. Dalam kurun waktu dua tahun mereka sudah mahir berbahasa Indonesia.
Ada tiga dosen yang memberikan pelajaran bahasa Indonesia termasuk Zabarliyev, dan terkadang Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie juga memberi kuliah di kampus ini.
"Bapak Dubes juga mengajar sistem politik Indonesia. Tahun depan akan memberikan kulaih sejarah Indonesia," kata Zabarliyev.
Zabarliyev tak lekas puas diri dengan program studi bahasa Indonesianya yang semakin diminati anak muda Azerbaijan. Ia menjelaskan, kampusnya sudah menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Universitas Padjajaran di Jawa Barat, Universitas Islam di Bandung, dan Universitas Islam Sumatera Utara untuk pertukaran mahasiswa Azerbaijan dan Indonesia.
"Saya juga mengajar mata pelajaran Azerbaijan di UGM, selain itu memberi kulaih di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta," kata Zabarliyev.
Selain merancang program pertukaran mahasiswa, Zabarliyev juga sudah merencanakan untuk membuka jurusan sastra Indonesia tahun 2019. Dengan begitu, mahasiswa nanti tidak hanya sekadar paham bahasa Indonesia saja, tapi juga mengetahui tentang etnografi dalam rangka hubungan internasional.
Sebagai negara yang populasinya hanya sekitar 10 juta jiwa, Zabarliyev menuturkan, dia puas walau hanya 10 mahasiswanya yang lulus setiap tahun dan menggunakan keterampilannya itu untuk mendapatkan pekerjaan.
Ruang Pusat Studi Bahasa Indonesia yang berada di lantai 3 kental dengan budaya Indonesia. Rak buku di ruang kelas bahasa dipenuhi dengan buku-buku berbahasa Indonesia.
Sejumlah foto destinasi wisata Indonesia diberi bingkai dan dilekatkan di dinding dekat ruang kuliah. Ada juga peta Indonesia direkatkan di dalam ruang kuliah dan seperangkat angklung di pojok kelas. Dengan program budaya ini masyarakat Azerbaijan dapat lebih mengenali budaya Indonesia dan begitu sebaliknya, meski jarak terpisah ribuan kilometer.
Sumber: Tempo