SUKABUMIUPDATE.com - Seorang wanita Brasil, yang terlahir tanpa organ vagina, menjalani operasi yang mengubah hidupnya pada 2017. Wanita itu menjadi yang pertama di dunia yang menjalani operasi bedah rekonstruktif menggunakan kulit ikan nila.
Jucilene Marinho melakukan operasi untuk membuat vagina dari kulit ikan air tawar itu di Brasil timur laut pada 2018. Wanita berusia 23 tahun itu termasuk di antara empat wanita pertama yang menjalani operasi neovaginoplasty pada April 2017.
Jucilene memutuskan untuk melakukan operasi setelah menyadari dia dilahirkan dengan kondisi Mayer-Rokitansky-Küster-Hause (MRKH) ketika dia berusia 15 tahun. Ini adalah kondisi di mana seorang wanita tidak memiliki leher rahim, rahim dan ovarium.
Seperti dilansir media Metro, Jucilene melakukan operasi di Universitas Federal Ceara Brasil, yang dipimpin ginekolog, Dr. Leonardo Bezerra. Seperti dilansir media New York Post, metode ini jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan metode lain.
Prosedur ini mengharuskan dokter untuk membuka celah di antara vaginanya dan anus dan memasukkan cetakan tubular berjajar dengan kulit ikan air tawar itu, yang banyak ditemui di sungai Brasil.
Setelah kontak dengan tubuh pasien, kulit nila akan bertindak seperti sel induk lalu diserap dan diubah menjadi jaringan yang membentuk dinding saluran, mirip dengan vagina yang sebenarnya. Sebelum digunakan, kulit ikan ini mengalami proses pembersihan dan sterilisasi khusus di laboratorium diikuti dengan iradiasi untuk membunuh virus.
Setelah enam bulan setuju untuk menjalani prosedur, Jucilene bisa berhubungan seks dengan pacarnya untuk pertama kalinya. "Awalnya saya takut melakukannya karena saya pikir itu akan menyakitkan.
"Tapi, itu momen yang berarti karena itu bekerja dengan sempurna. Tidak ada rasa sakit segera," kata Jucilene, seperti dilansir Daily Mail pada 1 Mei 2018.
Sejak 2015, Profesor Odorico Moraes dari Ceara University dari Brasil telah mengembangkan penggunaan kulit ikan ini untuk menyembuhkan berbagai luka sekitar 200 pasien dan cukup berhasil. Sebelumnya, pengobatan menggunakan pembalut dan obat anti-nyeri yang cukup kompleks.
Sumber: Tempo