SUKABUMIUPDATE.com - Kericuhan yang di tahanan teroris Markas Besar Brimob ada kamis 9 Mei 2018 dini hari, telah berakhir. Polisi menyerbu sel tahanan khusus teroris dan mengamankan 155 tahanan yang menyerahkan diri, sementara 5 penjaga dan satu tahanan tewas. 155 tahanan kini dipindahkan ke penjara Nusa Kambangan.
Banyak dari tahanan teroris terkait dengan ISIS dan media ISIS, Amaq News Agency, mengumumkan pemberontakan ini. Namun pemerintah membantah kericuhan didalangi ISIS dan menyebut penyebabnya adalah keluhan atas makanan.
Menurut ketua dari Institus Analisa Kebijakan Konflik, Sydney Jones, insiden ini seperti bencana yang tinggal menunggu terjadi.
"Ada dua kemungkinan, yang pertama kapasitas sel melampaui batas, dan kedua tidak ada semacam tindakan kepada tahanan baru yang semuanya pro ISIS," ujar Jones seperti dikutip dari New York Times, 10 Mei 2018.
Namun apakah insiden ini dipicu oleh ISIS yang berbasis di Suriah dan Irak. Seorang profesor ilmu Politik Komparatif Internasional, Joseph Chinyong Liow, menyinggung pengaruh ISIS di Asia Tenggara.
Menurutnya ancaman yang ditimbulkan ISIS di Indonesia adalah serius, tetapi tidak boleh dibesar-besarkan. Serangan teroris di Jakarta, seperti serangan 14 Januari 2016 lalu, penyerang kurang terlatih.
Liow dalam bukunya ISIS reaches Indonesia: The terrorist group's prospect in Southeast Asia, pengamat masih memperdebatkan apakah kepemimpinan kelompok ISIS inti di Irak dan Suriah telah mengarahkan serangan di Indonesia. Bukti sejauh ini menunjukkan bahwa dalang serangan adalah Bahrun Naim, seorang ahli komputer Indonesia yang telah pergi ke Suriah beberapa tahun yang lalu dan diyakini telah merencanakan serangan untuk memperkuat klaimnya sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara. Dengan kata lain, itu adalah serangan oleh orang Indonesia atas perintah orang Indonesia.
Faktanya, tidak ada bukti bahwa Asia Tenggara menonjol dalam kalkulus strategis kepemimpinan ISIS di Raqqa, Suriah. Para pejuang Asia Tenggara dari Katibah Nusantara, unit Asia Tenggara yang berbasis di Suriah yang Bahrun Naim konon menjadi pemimpinnya, memberikan dukungan untuk operasi militer ISIS di Timur Tengah, tetapi peran mereka hampir tidak begitu penting untuk tujuan keseluruhan ISIS.
Di Asia Tenggara, ISIS telah merekrut simpatisan tetapi hanya sedikit pendukung yang bersedia bergabung. Meskipun ISIS telah mengalami kemajuan dalam perekrutan menggunakan Internet, pejabat keamanan regional dan organisasi masyarakat sipil telah bekerja secara efektif menantang propaganda ISIS. Selain itu, propaganda ISIS memiliki daya tarik yang jauh lebih sedikit di Asia Tenggara di mana muslim Asia Tenggara memiliki gesekan yang lebih sedikit daripada muslim di Eropa.
Sumber: Tempo