SUKABUMIUPDATE.com Habib Zarbaliyev menghabiskan 36 tahun hidupnya menggeluti bahasa Indonesia. Yang membuat kisahnya unik, Zarbaliyev adalah warga negara Azerbaijan, namun cintanya pada Indonesia sangat besar.
Zarbaliyev adalah lulusan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Saint-Petersburq, Rusia pada 1981. Ketika itu, dosen-dosen Bahasa Indonesia di sana, semuanya sangat berpengalaman, salah satunya dosen dari Indonesia, Agus Salim. Agus adalah dosen yang dengan senang hati mengajar Bahasa Indonesia dan menjelaskan seluk-beluknya kepada mahasiswa.
Setelah lulus kuliah dari Universitas Saint-Petersburq, Zarbaliyev tidak bisa lepas dari hal berbau Indonesia. Dia pun akhirnya memantapkan diri meniti karir sebagai dosen Bahasa Indonesia di Universitas Bahasa Asing Azerbayjan atau Azerbaijan University of Languages. Di kampus itu, dia meresmikan jurusan Studi Indonesia untuk pertama kalinya di Azerbaijan.
Bicara soal bahasa Indonesia, Zarbaliyev menjelaskan ada kata-kata dalam bahasa Azerbaijan yang sulit ditemukan padanannya dengan kata dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata reali yang merupakan istilah linguistik bahasa Azerbayjan yang berarti sesuatu yang khas dari suatu bangsa, seperti adat-istiadat dan nama makanan.
Ada pula kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sama dengan kata dalam bahasa Azerbayjan. Namun umumnya kata-kata serapan dari bahasa Arab, Farsi dan Eropa. Hampir semua kata serapan Arab yang ada di dalam Bahasa Indonesia, ada juga di dalam bahasa Azerbayjan.
Kecintaan Zarbaliyev pada Indonesia, khususnya bahasa Indonesia, rupanya menurun pada anak-anaknya. Putri Zarbaliyev yang pertama, Laura, mengambil kuliah jurusan satra Indonesia di Universitas Bahasa Azerbaijan dan anaknya yang kedua juga mengambil kuliah S2 Sastra Indonesia di Universitas Negeri Yogjakarta. Putri-putri Zarbaliyev akan membantunya mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di Azerbaijan.
Aparat Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI atau Bareskrim Mabes Polri menangkap seorang warga Jalan Kramat Raya, Jakarta, bernama Syahroni B. Daud. Pria 49 tahun itu diringkus karena menyebarkan isu beredarnya telur palsu di sejumlah wilayah Indonesia.
Kepala Sub Direktorat II Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Komisaris Besar Asep Safrudin menuturkan polisi tengah menyelidiki isu telur palsu. Direktorat Siber Polri, kata dia, menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Yang pertama kami lakukan, penyelidikan kepada video yang beredar viral di mana di dalamnya ada Pak Syahroni. Beliau datang ke sini menjelaskan bahkan mempraktikkan bagaimana telur itu dipecah kemudian kuningnya diangkat, kemudian dicium sehingga tidak berbau. Sehingga orang-orang menyangka itu palsu," kata Asep dalam konferensi pers di Kantor Unit PD Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa 27 Maret 2018.
Asep dan timnya melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan uji pada telur yang diduga palsu tersebut. Pada saat uji lab, telur yang diperoleh dari Syahroni di pasar ternyata telur asli siap konsumsi. "Banyak juga beredar isu di media sosial dengan seolah-olah telur palsu beredar. Ini ada seolah-olah orang sedang membuat telur palsu," kata Asep.
Ia menegaskan video viral telur palsu merupakan telur mainan yang di produksi di Korea untuk dijual sebagai mainan anak-anak. Asep mengungkapkan Syahroni telah termakan isu telur palsu. "Dari hasil penyelidikan tim kami tidak ada telur palsu di Indonesia. Oleh karena itu saya imbau kepada masyarakat andaikan ada isu tersebut jangan cepat foto atau videokan dan memviralkan," ujar dia.
Asep meminta masyarakat yang memiliki temuan pangan mencurigakan bisa menyerahkannya ke laboratorium pangan atau kepolisian setempat. "Itu lebih bagus dari pada memviralkan seolah olah itu palsu. Itu bisa dijerat dengan UU ITE menyebarkan berita bohong yang menyebabkan kerugian konsumen. Itu bisa dipidana," ujarnya.
Syahroni menyatakan menyesal telah menyebarkan kabar bohong peredaran telur palsu di sejumlah wilayah Indonesia lewat rekaman video yang viral. "Saya sekali lagi mohon maaf salah dalam mengasumsikan telur ini palsu," kata Syahroni.
Dia lantas menceritakan awal beredarnya kabar telur palsu dan rekaman video tersebut. Ketika itu, menurut Syahroni, anaknya membeli telur yang bentuknya mirip ciri-ciri telur palsu seperti informasi pesan berantai yang beredar di WhatsApp. "Saya tes dulu ketika dapat (telur beli) dari KJP (Kartu Jakarta Pintar), sama enggak seperti yang ada di WhatsApp," katanya.
Selanjutnya dia pergi ke Pasar Johar Baru untuk menunjukkan hasil pengujian. Di sana, Syahroni menyebarkan kabar bahwa ada telur palsu kepada beberapa pembeli dan penjual di pasar tersebut. Ia bahkan turut mempraktikkan cara membuktikan bahwa itu telur palsu seperti petunjuk dalam kelompok obrolan WhatsApp.
Rekaman video aksi Syahroni membuktikan adanya telur palsu di Pasar Johar Baru tersebut beredar lewat YouTube dan menjadi viral. Syahroni mengaku tak tahu siapa yang merekamnya di pasar. "Ilmu saya sangat sedikit dan telur yang beredar di masyarakat ini benar-benar asli, tidak ada yang palsu," tutur Syahroni.
Sumber: Tempo