SUKABUMIUPDATE.com - Pasukan pemerintah Afganistan mengejar pelaku ledakan bom menjelang perayaan Tahun Baru Persia di Universitas Kabul yang menyebabkan sedikitnya 29 orang tewas dan 52 korban lainnya luka-luka pada Rabu, 21 Maret 2018. ISIS bertanggung jawab.
Dalam aksi mematikan tersebut, organisasi bersenjata ISIS mengaku bertanggung. "Kami bertanggung atas serangan bom ke Universitas Kabul dan Rumah Sakit Ali Abad," bunyi siaran pers ISIS yang diterbitkan kantor berita Amaq.
Sejumlah laporan media massa setelah mengutip keterangan kantor Kementerian Dalam Negeri Afganistan menyebutkan, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan bahan peledak yang dia bawah saat berjalan di antara kerumunan orang.
Menurut laporan Al Jazeera, serangan itu terjadi ketika warga Afganistan sedang siap-siap akan merayakan hari libur Nowruz, sebuah perayaan dimulainya tahun baru Persia.
"Di antara korban tewas adalah kaum remaja setelah pelaku bom bunuh diri beraksi di kepadatan orang di Kabul yang sedang merayakan hari libur Tahun Baru Persia," kata pejabat Afganistan sebagaimana dikutip Japan Times
Kementerian Dalam Negeri mengatakan, korban tewas naik menjadi 33 orang dan 65 lainnya luka-luka. Kabar sebelumnya menyebutkan korban tewas 29 orang sedangkan luka-luka 52 orang.
"Seluruh korban luka warga sipil," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Nasrat Rahimi.
Afganistan, beberapa bulan ini, kerap dihajar bom setelah posisi ISIS terdesak di Irak dan Suriah. Selasa lalu, pada malam Nowruz, pejabat Kementerian Dalam Negeri mengatakan, jumlah pasukan keamanan cukup untuk mengamankan perayaan Nowruz. Namun sehari kemudian, Kabul dihajar bom bunuh diri.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera dari Kabul, pengamat keamanan nasional Habib Wardak mengatakan timing dan lokasi serangan bukan kebetulan, tetapi sudah direncanakan rapi. "Ini adalah hari nasional bagi kami. Banyak orang dari berbagai penjuru daerah hadir di kota, mereka ingin merayakan Tahun Baru," ucapnya.
Sejak awal 2018, ISIS dan Taliban melancarkan serangkaian serangan mematikan di berbagai wilayah di Afganistan yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Sumber: Tempo