SUKABUMIUPDATE.com - Merantau ke negeri orang tentu butuh mental kuat, karena beda budaya dan kebiasaan serta bahasa. Inilah yang dihadapi tiga pemuda asal Provinsi Yala, Thailand yang sudah 5 bulan menetap di Indonesia, tepatnya di Kota Sukabumi Jawa Barat.
Ketiganya adalah mahasiswa asing yang kuliah di Universitas Muhammadiyah Sukabumi, untuk tahun ajaran 2023/2024. Mereka adalah Is ma Ae Tahloding atau Mae berusia 18 tahun, Elidee Nadaraning atau Eldie (19 tahun) dan Ilham Epong dipanggil Ilham (18 tahun).
Mae berkuliah di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Eldie jurusan Administrasi Bisnis, dan Ilham Sastra Inggris. Ketiga mahasiswa ini mulai belajar di Kampus Ummi pada tanggal 17 November 2023.
Waktu berjalan tak terasa, sudah 5 bulan mereka tinggal di Kota Sukabumi, ngekos di Gang Adireja, Kecamatan Cikole. "Di Yala tuh cuacanya panas kalau di sini dingin banget," ucap Mae mengawali perbincangannya dengan sukabumiupdate.com, pada Minggu 12 Mei 2024 di Kampus Ummi.
Mae dan kedua rekannya mengaku untuk komunikasi mereka tidak mengalami banyak kesulitan, karena di Yala sehari-hari mereka menggunakan bahasa melayu thailand yang memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Indonesia. Namun untuk bahasa sunda, mereka belum bisa dengan lancar berkomunikasi, baik mendengar atau bertutur.
“Kami dibantu aplikasi di google, untuk menerjemahkan bahasa-bahasa lokal (sunda) dan Indonesia yang tidak kami mengerti,” lanjut Mae.
Mereka kemudian ngobrol soal makanan dan jajanan di Sukabumi. Provinsi Yala di Thailand bagian selatan memang mirip-mirip bangsa melayu di Indonesia. Nasi adalah makanan pokok, sayur-mayur lauk pauk pun mirip-mirip dengan masakan nusantara, seperti seperti gulai daging, sup iga sapi, dan nasi uduk, termasuk masakan sunda.
Menurut mereka yang membedakan mungkin hanya bumbu sehingga citarasanya berbeda. Sehingga mereka mengaku tidak kesulitan beradaptasi dengan makanan di Indonesia khususnya Sukabumi.
Tapi kalau soal jajanan cemilan ketiga pemuda thailand ini mengaku terpukau dengan bakso, siomay, batagor, dan martabak. “Itu makanan favorite kami disini (sukabumi),” jelas Mae.
Obrolan berlanjut dengan momen-momen lucu saat mereka harus beradaptasi dengan budaya, kebiasaan serta aturan di Indonesia dan Sukabumi. Eldie menjelaskan bahwa mereka awalnya aneh melihat pengendara motor di Sukabumi, karena mayoritas menggunakan helm, pelindung kepala.
“Kalau di Yala, Thailand itu kami tidak wajib pakai helm saat berkendara motor. Tidak ada tilang dari polisi karena helm. Jadi sebagian wilayah di Thailand masyarakatnya jika berkendara tidak wajib menggunakan helm kalau disini wajibkan,” beber Eldie.
Selain soal kebiasaan dan aturan berkendara, ketiga pemuda thailand ini juga sempat mengalami kondisi kikuk saat berinteraksi dengan warga Sukabumi. Dimana mereka yang selama ini tidak terbiasa dengan menatap mata dan wajah lawan bicara.
Di Thailand ungkap Ilham, kami akan dianggap kurang sopan dan terkesan menantang jika menatap mata dan wajah orang saat berkomunikasi. “Ini tradisi kami di thailand, jadi kalau ngobrol kami memang tidak terbiasa menatap mata lawan bicara, apalagi orang yang lebih tua.”.
“Disini kan (Sukabumi) kita malah harus menatap wajah dan mata lawan bicara. Kalau kita nggak lihat atau tidak menghadap lawan bicara malah sombong dan kurang sopan. Awalnya cukup sulit untuk adaptasi,” sambung Ilham.
Ibadah di Sukabumi.
Baca Juga: Heboh Anak Bunuh Ibu di Kalibunder Sukabumi, Pelaku Langsung Ditangkap
Selain kedua kebiasaan itu, tiga pemuda thailand ini mengaku tidak banyak mengalami kesulitan saat tinggal di Sukabumi. Mereka bertiga adalah muslim sebagaimana agama kebanyakan warga thailand selatan seperti provinsi Yala.
“Di sana ada banyak masjid juga. Kegiatan seperti sholat berjamaah, tarawih, jumatan. Cari takjil di bulan Ramadhan pun ada.” tegasnya.
Tim liputan PKL UMMI 2024 (Jelsa, Alfin, Rita)