SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah gejolak perang Israel-Hamas (Palestina), warga Gaza tidak dapat merasakan nikmatnya bulan suci, seperti umat muslim di Indonesia.
Saat umat Islam di seluruh dunia menjalani ibadah puasa di siang hari, sebagian besar warga Gaza harus menghadapi serangan bom yang menyebabkan mereka turun tangan mencari korban selamat atau jenazah yang tertimbun di antara reruntuhan rumah yang hancur.
Mengutip dari tempo.co, seorang warga Gaza, Harb yang mengungsi bersama keluarganya yang berjumlah 11 orang dari Sheikh Redwan di Gaza utara, menceritakan mendengar suara bom dan ambulans yang melaju tanpa henti. “Ramadhan tahun ini sangat berbeda,” katanya seperti dikutip tempo.co.
Hantam bom menghancurkan rumah-rumah sehingga warga Gaza terpaksa tinggal di tenda-tenda pengungsian. Meski begitu, sejumlah penduduk Gaza menemukan cara untuk merayakan awal Ramadan. Mereka membuat dekorasi sederhana dan membagikan lentera tradisional di antara tenda tempat tinggal.
“Saat ini, kebanyakan orang berada di tempat penampungan, tenda darurat, dan di jalanan. Mereka kehilangan rumah, tempat perlindungan mereka,” kata Harb seperti dikutip dari Aljazeera.
Baca Juga: Ada Buka Puasa Gratis Selama Ramadhan di Masjid Agung Kota Sukabumi
PBB melaporkan sulitnya mencapai wilayah utara Gaza untuk mengirimkan bantuan makanan dan bantuan lainnya. Hal itu menyebabkan warga Gaza terancam kelaparan saat menjalani ibadah puasa. Agar tidak kelaparan, warga Gaza rela menjual barang apapun
“Kami tidak tahu apa yang akan kami makan untuk berbuka puasa. Saya hanya punya tomat dan mentimun... dan saya tidak punya uang untuk membeli apa pun,” kata Zaki Abu Mansour, 63 tahun, seperti dikutip tempo.co dari France24.
Menurut laporan PBB yang merujuk pada data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, sudah 25 orang meninggal akibat kekurangan gizi dan dehidrasi, yang sebagian besar adalah anak-anak.
Demikian juga seluruh Jalur Gaza, masyarakat menghadapi lonjakan harga dan kelangkaan kebutuhan dasar, serta tingginya biaya hidup, yang semakin memperparah penderitaan mereka selama perang. Tidak hanya di Gaza, hal tersebut juga terjadi di pasar Deir el-Balah.
Baca Juga: Termasuk Pesisir Sukabumi, BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Laut Selatan Jawa
Jabr Mushtaha, 45 tahun, pedagang, yang dulunya merupakan seorang pembuat manisan terkenal di Kota Gaza menceritakan dulunya selama Ramadan dia sibuk melayani pelanggan, tapi kini kondisinya berbeda. Tokonya sudah remuk dibom, begitu juga dengan rumahnya hingga membuatnya menjadi pengungsi.
Dilansir dari Al Jazeera, dia mengungsi ke Deir el-Balah lima bulan lalu dan sejak itu berjuang untuk menemukan bahan mentah yang dia perlukan untuk terus membuat manisan. Akan tetapi, harga bahan mentah juga melonjak drastis. Mushtaha mengatakan, gula yang dulunya dihargai 95 shekel ($26) per kantong, kini harganya mencapai 3 ribu shekel ($831 / Rp 12 juta).
“Dengan harga yang begitu mahal, masyarakat hampir tidak mampu membeli kebutuhan pokok, apalagi barang mewah,” tambahnya.
Sumber : tempo.co