SUKABUMIUPDATE.com - Kabinet Israel pada Rabu (22/11) dini hari menyetujui kesepakatan dengan Hamas yang akan mengarah pada pembebasan sandera Israel.
Menurut Israel, 50 orang yang disandera oleh kelompok militan Hamas selama serangan teror 7 Oktober akan dibebaskan – semuanya perempuan dan anak-anak. Sebagai imbalannya, Hamas mengatakan Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Kesepakatan itu juga mencakup gencatan senjata selama empat hari. Israel mengatakan akan memperpanjang jeda pertempuran satu hari tambahan untuk setiap 10 sandera berikutnya yang dibebaskan oleh Hamas.
Menjelang persetujuan kesepakatan tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menekankan bahwa penghentian pertempuran tidak berarti berakhirnya perang terhadap Hamas.
Baca Juga: Tolak UMK Cuma Naik Rp30 Ribu, SP TSK SPSI Sukabumi: Tidak Rasional
"Kami akan melanjutkan perang sampai kami mencapai semua tujuan perang kami: melenyapkan Hamas, mengembalikan semua sandera dan orang hilang, dan memastikan tidak ada elemen di Gaza yang mengancam Israel,” katanya dalam video yang dirilis di media sosial.
Perdana Menteri Israel mengatakan kepada kabinet bahwa menerima kesepakatan dengan Hamas adalah "keputusan yang sulit, tetapi merupakan keputusan yang tepat."
AS tinjau penetapan Houthi sebagai kelompok teroris
Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan menetapkan pemberontak Houthi di Yaman sebagai organisasi teroris setelah mereka membajak sebuah kapal kargo di Laut Merah.
"Kami telah memulai peninjauan terhadap kemungkinan penetapan teroris dan kami akan mempertimbangkan opsi lain bersama dengan sekutu dan mitra kami” sehubungan dengan pembajakan kapal tersebut, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan.
Dia juga mendesak Houthi untuk "segera membebaskan kapal itu – serta awaknya – dan tanpa syarat.”
Pemberontak Houthi Yaman, yang didukung oleh Iran, membajak kapal tersebut pada Minggu (19/11) bersama dengan 25 anggota awak internasionalnya. Beberapa hari sebelumnya, Houthi mengancam akan menargetkan kapal-kapal Israel atas konflik antara Israel dan militan Hamas.
Baca Juga: Polling Capres Cawapres di Instagram & Facebook Sukabumiupatecom, Siapa Unggul?
Kapal "Galaxy Leader" adalah kapal kargo milik Inggris dan dioperasikan Jepang.
AS sebelumnya pernah menetapkan Houthi sebagai "organisasi teroris”, tetapi kemudian menghapus status tersebut pada Februari 2021, dengan mengatakan bahwa klasifikasi terkait hal itu telah mempersulit langkah mereka terhadap krisis kemanusiaan di Yaman.
UE: Tidak ada bukti bantuan Palestina sampai ke Hamas
Komisi Eropa melakukan penyelidikan terhadap distribusi bantuan kemanusiaan ke Palestina. Dalam laporannya Komisi Eropa menyebutkan, tidak ditemukan bukti bahwa ada dana yang disalurkan ke Hamas, dan mengatakan program bantuan Palestina yang dibekukan akan segera dilanjutkan.
"(Dari) peninjauan tersebut tidak ditemukan indikasi bahwa uang Uni Eropa secara langsung atau tidak langsung menguntungkan organisasi teroris Hamas,” kata Wakil Presiden Eksekutif Komisi Valdis Dombrovskis.
Uni Eropa (UE) membekukan bantuannya kepada warga Palestina segera setelah serangan tanggal 7 Oktober. Presiden Komisi Ursula von der Leyen pada saat itu mengatakan, perlu dilakukan pemeriksaan terkait dugaan sumbangan tersebut berakhir di tangan Hamas.
Baca Juga: Cara Menanam Melon di Polybag, Ikuti 7 Langkah Ini Biar Bisa Panen!
"Peninjauan ini telah mengonfirmasi bahwa pengamanan yang diterapkan sudah efektif,” kata Ursula von der Leyen hari Selasa (21/11). "Pekerjaan saat ini sedang berlangsung untuk merancang dukungan masa depan kami kepada Palestina mengingat situasi yang terus berubah dan terus berkembang.”
Sumber : Tempo.co / ha/rs/hp (Reuters, AFP, AP)