SUKABUMIUPDATE.com - Fenomena kawin paksa gadis muda pasca Gempa Maroko menjadi salah satu dampak kemanusiaan memilukan selain korban jiwa hingga luka-luka. Gadis muda tersebut menjadi korban eksploitasi karena dijadikan subjek promosi pernikahan anak perempuan di bawah umur.
Gempa Maroko diketahui terjadi pada Jumat, 8 September 2023 pukul 23.00 waktu setempat atau terjadi pada Sabtu, 9 September 2023 pukul 05.10.59 waktu Indonesia bagian barat (WIB), menurut Daryono BMKG. Episenter gempa bumi berkekuatan M6.8 di Maroko itu, ujar Daryono, berada pada koordinat 31.01° Lintang Utara dan 8.46° Bujur Barat, tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal 28 kilometer.
Gempa dahsyat yang menyisakan duka bagi para perempuan Maroko itu, seperti melansir Al Jazeera, membuat para aktivis dan organisasi hak-hak perempuan waspada.
Di tengah reruntuhan gempa berkekuatan 6,8 skala Richter yang melanda Pegunungan Atlas di Maroko pada tanggal 8 September, seorang pria dewasa, konon merupakan sukarelawan yang membantu para penyintas, berpose di samping seorang gadis muda berusia sekitar 10 tahun.
“Dia tidak ingin ikut dengan saya ke [Casablanca] tetapi dia berbisik bahwa ketika dia besar nanti kami akan menikah,” tulis pria tersebut, dikutip dari aljazeera.com, Kamis (21/9/2023).
Baca Juga: 11 Alasan Kenapa Orang Bermental Kuat Tenang Menghadapi Tekanan Hidup
Yasmina Benslimane, seorang aktivis Maroko dan aktivis hak asasi manusia kemudian berkomentar terhadap aksi yang diduga kawin paksa pada perempuan Maroko itu. Yasmina yang juga pendiri Politics4Her, sebuah organisasi nirlaba yang mempromosikan kesetaraan gender dalam politik mengatakan pada Al Jazeera soal fenomena kawin paksa tersebut.
“[Pria] telah menganjurkan untuk pergi dan menikahi gadis-gadis ini, beberapa di antaranya membenarkan penafsiran agama [mereka] … Bahkan jika mereka masih di bawah umur, kami akan menyelamatkan mereka,” kata Yasmina.
Padahal, Benslimane dan aktivis hak-hak perempuan Maroko lain telah mendorong pentingnya perawatan menstruasi segera setelah gempa maroko. Tepatnya ketika mereka mengkampanyekan seruan yang mendesak laki-laki Maroko untuk melakukan perjalanan ke desa-desa terpencil untuk “menyelamatkan” gadis-gadis muda.
Al Jazeera melaporkan, setidaknya satu pria telah ditangkap karena mempromosikan konten "kawin paksa perempuan Maroko". Ia adalah seorang pelajar berusia 20 tahun dari kota Errachidia yang membual secara online tentang bepergian ke daerah yang terkena gempa dengan tujuan melakukan pelecehan seksual terhadap gadis-gadis muda, menurut media lokal via Al Jazeera.
Pernyataan itu membuat Benslimane dan organisasinya mendesak adanya respons bantuan yang peka gender pasca Gempa Maroko. Mereka kini telah menerbitkan sebuah manifesto yang menyerukan tanggapan terkait hal tersebut.
“Kami tahu bahwa hal seperti itu akan terjadi, akan ada resiko kekerasan berbasis gender, akan ada risiko eksploitasi, dan inilah yang terjadi dengan kasus-kasus mengkhawatirkan yang kita lihat secara online,” kata Benslimane.
“Sangatlah penting untuk memiliki pendekatan yang peka gender dalam bantuan bencana. Menurut [Program Pembangunan PBB], perempuan dan anak perempuan 14 kali lebih mungkin meninggal saat bencana dibandingkan laki-laki.” tambahnya.
Baca Juga: 15 Tips Mendidik Anak Laki-laki Agar Lebih Menghargai Perempuan
Seiring dengan berlanjutnya operasi pemulihan, Maroko menaruh perhatian pada resiko-resiko khusus yang dihadapi oleh kelompok masyarakat rentan.
Pekan lalu, Raja Mohammed VI menganugerahkan status “Ward of the Nation” kepada anak-anak yatim piatu akibat gempa, untuk melindungi kelompok rentan dari segala jenis bahaya, termasuk diperdagangkan seperti promosi kawin paksa pasca Gempa Maroko.
Karima Mkika, presiden Asosiasi Al Karam yang berbasis di Marrakesh, sebuah LSM yang bekerja untuk melindungi anak-anak yang rentan, mengatakan bahwa pihaknya belum mendokumentasikan kasus-kasus perdagangan anak yang terjadi setelah gempa bumi. Namun mereka telah menyiapkan hotline bagi masyarakat untuk melaporkan pelecehan semacam itu (perdagangan anak pasca gempa bumi).
Sementara menurut Laila Baker dari Dana Kependudukan PBB (UNFPA), Maroko telah lama berupaya memastikan bahwa pemberantasan kekerasan berbasis gender. Mereka juga menyebut penerapan langkah-langkah kesehatan reproduksi adalah elemen inti dari rencana kesiapsiagaan darurat secara nasional.
Namun, kata Baker, respons UNFPA terhadap bencana Gempa Maroko tidak sekuat operasi di Libya, negara Afrika Utara lainnya yang beberapa waktu lalu dilanda badai dan menewaskan ribuan orang.
“Kami sebenarnya memiliki lebih banyak persediaan di Libya karena konflik sedang berlangsung,” kata Baker kepada Al Jazeera.
Di Maroko, menurut direktur regional, terdapat bukti anekdot mengenai kasus kekerasan seksual yang terjadi setelah gempa. Meskipun ternyata layanan UNFPA di Maroko tidak seoptimal operasi di Libya.
Baca Juga: 11 Cara Mendidik Anak Laki-laki Agar Memiliki Kepribadian Baik
Sebelumnya diberitakan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) dipicu aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko. Morfologi jalur pegunungan ini berarah Baratdaya -Timurlaut, dari Agadir hingga Aït Ahmadou Haddou, Maroko.
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan Gempa Maroko memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault), yang mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) di zona tektonik sumber gempa.
Gempa ini berdampak sangat merusak dengan skala intensitas VII - IX MMI hingga menimbulkan kerusakan dan korban jiwa meninggal di Kota Tua Marrakesh. Marrakesh sambung Daryono merupakan kota terbesar ke-empat di Maroko yang merupakan salah satu pusat populasi paling besar.
Kota-kota besar terdampak guncangan gempa Maroko di sekitar Marrakesh adalah Ouarzazate, Essaouira, Safi, Agadir, Casablanca dan Errachidia. Tidak hanya di Maroko, gempa kerak dangkal ini guncangannya dirasakan hingga ke negara tetangganya, seperti Portugal, Spanyol dan Aljazair.
Data BMKG, menyebut gempa Marrakesh dengan magnitudo M 6.9 (update M 6.8) yang menelan korban jiwa ini, mengingatkan kita pada peristiwa gempa dahsyat yang mengguncang Agadir, Maroko dengan magnitudo Mw5,8 pada 29 Februari 1960.
Meskipun magnitudo gempanya relatif kecil, gempa merusak Agadir menewaskan lebih dari 10.000 orang, dan menjadi gempa paling mematikan dalam sejarah Maroko. Gempa Marrakesh Mw6,9 yang terjadi saat ini berdasarkan magnitudonya sebanding dengan gempa merusak bersejarah yang menghancurkan kota Meknes dengan magnitudo Mw6,5-7,0 yang terjadi pada 27 November 1755.
Gempa Maroko menewaskan ribuan orang, karena melanda wilayah pegunungan dengan banyak sebaran permukiman pedesaan dan kota-kota kecil dengan bangunan rentan dengan struktur lemah. Selain itu, gempa kuat di Maroko tersebut juga terjadi pada malam hari pukul 23.00 waktu setempat, saat seluruh warga sedang tinggal di rumah.
SUMBER : AL JAZEERA